Kepada sepi yang belum beranjak
Kepada rembulan yang meredup
Selalu kutanya, sampai kapankah?
Keriuhan datang silih berganti tiada henti
Menyoal ini menyoal itu
Semua mengharu biru pada arah tak menentu
Mengatasnamakan cita ideal, namun semu dan palsu
Haruskah terus begini dan selalu begini?
Tak ingin berujung  di setiap jalan yang ditempuh
Sementara, cita dan harapan sejati masih tercanang
Tak lekang tak lapuk oleh panas dan hujan
Meski waktu terus bergulir, tiada kuasa dianulir
Keadilan dalam keseimbangan di segenap sendi kehidupan
Akankah hanya sebagai mimpi tak terbeli di negeri ini?
Sunyi yang mengikis mimpiÂ
Ricuh yang membunuh cita dan harapan indah
Menyeruak di sela asa yang selalu membayang
*****
Kota Malang, September di hari ke tiga belas, Dua Ribu Dua Puluh Empat.Â
 Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H