Jadi, Tuhan telah mengajarkan kepada manusia seumumnya tentang aktivitas atau praktik memvariasikan pangan (difersivikasi pangan)Â manusia sebagaimana yang tersebut di dalam kitab suci yang menyatakan bahwa tidak mengenal istilah makanan pokok ataupun lauk pauk. Ini berarti bahwa senyampang makanan bagi manusia yang secara prinsip adalah halal dan baik, maka kesemuanya dapat dijadikan sebagai makanan pokok atau lauk pauk, dan tidak terpaku pada satu jenis makanan tertentu.
Makanan yang tersebut di dalam kitab suci adalah sebagai berikut:
- Daging (ternak dan ikan)
- Buah-buahanÂ
- Biji-bijian
- Sayur-sayuran,Â
yang pada prinsipnya adalah semua makanan yang halal dan baik menurut Tuhan Semesta Alam. Jadi, semua makanan yang tersebut di atas bisa dijadikan makanan pokok atau lauk pauk. Misal, daging bisa sebagai makanan pokok atau lauk-pauk, begitu pula buah-buahan, biji-bijian dan sayur-mayur bisa sebagai makanan pokok atau lauk pauk.Â
Di negeri ini, justifikasi terhadap beras (nasi) sebagai makanan pokok yang berakibat pada ketergantungan masyarakat kita terhadap beras, adalah fakta realita betapa bangsa kita sangat tidak mengindahkan terhadap diversifikasi pangan yang telah diajarkan oleh Tuhan Sang Maha Pencipta yang sungguh nyata universal adanya.
Dalam hal pangan, sejarah telah membuktikan bahwa pada zaman dahulu, yang dikenal dengan masa berburu dan mengumpulkan makanan (food gathering people) di masa purba, sumber kalori terbesar bagi asupan manusia dalam mendapatkan energi tubuh agar eksis di kelangsungan hidupnya (survive) adalah daging yang dikarenakan mudah didapat dengan cara berternak atau berburu.
Pola Makan dan Pola Hidup Sehat-Seimbang
Pola makan dan pola hidup sehat-seimbang, simpelnya adalah pola makan dan pola hidup ideal yang sejalan dengan ketentuan Tuhan Semesta Alam guna mencapai hidup sehat dan seimbang yang dimulai dari bagaimana menjalankan pola makan sehat-seimbang yang bermuara pada pola hidup yang sehat dan seimbang.Â
Bila masing-masing pribadi telah mengaktualisasikan pola makan dan pola hidudp sehat-seimbang, bukan tidak mungkin akan terwujud pula keluarga sehat-seimbang, masyarakat sehat-seimbang, dan bangsa yang sehat-seimbang, fisik, mentalitas (dari alam pikirannya) sesuai dengan maunya Tuhan Yang Universal.
Pilihan hidup berpulang kepada diri manusia masing-masing. Mau hidup timpang ataukah hidup sehat-seimbang menurut ketentuan Tuhan, menurut hukum Tuhan yang dikenal juga sebagai hukum alam, sunnatullah, yakni rancangan dan kepastian Tuhan Semesta Alam yang universal bagi umat manusia ciptaan-Nya? Silakan, dan tiada paksaan dalam hal pilihan hidup.
Semoga!
*****