Kecurangan hanyalah leksikal teatrikal yang sengaja dilontarkan
Bagi yang tak mau memahami arti filosofis dari suatu kekalahan
Sementara, yang memastikan diri berada di atas angin
Hanya memandang sembari tersenyum, menyadari laksana diterpa angin lalu
Jadi, pertarungan itu sebenarnya bagi siapakah?
Bagi sang kebanyakankah?
Tidak!
Bagi merekalah  sebenarnya yang saban hari hanya berkutat di atas menara gading
Sang kebanyakan hanya sebagai juri dan saksi
Sebagai pemutus sekaligus saksi sambil makan kwaci
Sebagai tontonan hiburan yang jarang didapatkan dalam siklus lima tahun sekali ...
*****.
Kota Malang, Februari di hari keenam belas, Dua Ribu Dua Puluh Empat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H