Perencanaan perjalanan
Niat ingin mendaki ketika libur datang sudah terpatri di pikiran jauh-jauh sebelum liburan. Aktivitas mendaki gunung mulai aku sukai ketika pertama kali mencoba pendakian di Gunung Slamet, seperti halnya kandungan nikotin pada rokok, mendaki gunung dapat menyebabkan kecanduan, hati-hati.Â
Mencoba mendaki Sindoro dengan segala persiapan dan perencanaan, mempersiapkan dan mencoba cari tahu apa saja persyaratan pendakian di mulai dari h-3 sebelum keberangkatan. kali ini pendakian dibersamai lima orang termasuk aku, yaitu Mas Sahid, Daffa, Rizky, dan Sipa.Â
Berangkat bersama dari Kota Jogja, dengan beberapa via/jalur yang dapat dilalui kami memilih via Alang-Alang Sewu, dipilih karena beberapa pertimbangan termasuk juga view yang didapat, kemudahan menuju basecamp, persyaratan, harga, dan  karena salah satu kawan, rizky sudah mendaki Sindoro dua kali, ingin remidial tapi melewati jalur yang berbeda, maka Alang-Alang Sewu adalah pilihan yang tepat jika ingin mendaki Sindoro.
2 jam 17 menit estimasi waktu perjalanan yang terlihat dari google, start dari Kaliurang sampai BC Alang-Alang Sewu, berangkat menggunakan 3 motor saat waktu menunjukkan pukul 8, hujan pun sempat menemani ketika sesaat lagi sampai, sambil sarapan dan jamak makan siang memutuskan untuk berhenti makan bakso dan mie ayam. Jam 12 kami sampai di BC, Â registrasi dan packing ulang sebelum memulai tracking, memulai pendakian.Â
Patok dan Pos
Setelah sholat, setengah satu siang kami memulai tracking, keluar dari BC sebelum menuju pos 1, melewat pemukiman penduduk dan area vegetasi, estimasi BC sampai batas vegetasi memerlukan waktu 1-1,5 jam melalui jalan kaki, sebenarnya bisa memangkas waktu sampai estimasi 20 menit dengan hanya menyewa ojek, dengan membayar 25 rb kaki tidak perlu capek dan pegal-pegal, tapi karena kita lebih memilih capek dan pegal-pegal kita lebih memilih jalan kaki, karena juga sehat selain gratis.Â
Dari batas vegetasi seperti yang dijelaskan saat registrasi kita akan menjumpai sebanyak 20 patok dan 4 pos, penanda setelah keluar dari batas vegetasi, atau masuk area pegunungan. Menuju pos 1 kita melewati 4 patok, dengan estimasi 1 jam, dan salah satu istimewa dari Alang-Alang Sewu adalah mata airnya, sebagai peringan carrier.Â
Terdapat dua mata air, salah satunya mata air dua bidadari terletak pada patok 7 yang mana sudah tersedia kran dan pada jalur, satu lagi memerlukan usaha mlipir dengan estimasi PP 30 menit. Antara pos 1 hingga pos 2 jalur mulai tertutup sinar matahari karena rindangnya pepohonan, kira-kira juga sama memerlukan waktu 1-1,5 jam perjalanan untuk sampai di pos 2.Â
Setelah lanjut di pos 2 menuju pos 3, perjalanan cukup menguras tenaga, sesuai dengan nama yaitu jalur PASIDI (penyesalan diri), jalur dipenuhi tanjakan, bebatuan dan pohon tumbang, saat musim hujan Sindoro cukup kuat angin yang berhembus sampai dapat beberapa pohon terlihat roboh, cukup berhati-hati saat mendaki ketika musim hujan.Â
Pada pos 2 dan pos 3 adalah area camp yang dapat dipilih untuk mendirikan tenda, selain itu menurutku tidak ada tempat yang pas atau landai dan aman untuk berdirinya tenda, jadi kalau bisa sebelum terlihat akan turunnya hujan juga perlu cepat-cepat meneduh di pos 2 atau pos 3, untuk amannya. estimasi waktu juga sama yaitu 1-1,5 jam. Saat di pos 3 kami memutuskan untuk mendirikan tenda dan tempat terakhir untuk melakukan summit menuju puncak, sampai di pos 3 waktu menunjukkan maghrib. Sholat, makan, dan bercanda ria sebelum besok pagi menuju puncak.
Dinginnya kamu tak sedingin Sindoro
Pada malam hari Sindoro antara udara, awan dan suhu bekerja sama untuk membentuk badai hujan ringan, haha. Tenda jika dilihat dari dalam selalu berbunyi dan bergerak, dalam hati senantiasa berdoa untuk diberikan keselamatan. Persiapan mendaki memang adalah hal yang paling utama, untuk mencegah hal-hal buruk terjadi seperti hipotermia (kedinginan), kalau bisa jangan mendaki sebelum semua perlengkapan siap dan ada, bisa sewa atau membeli, fly sheet atau tenda double layer dan sleeping bag merupakan alat wajib untuk dibawa ke Sindoro jika ingin bermalam.Â
Kami memasang alarm jam 3 dan bangun jam 4 pagi, akhirnya bisa beraktifitas pagi, tidak dengan candaan bangun pagi di gunung adalah hal fana. Menanak nasi untuk sarapan sebelum melakukan summit, setelah semua selesai antara sarapan, panggilan alam dan rebahan, jam 6 pagi kami memutuskan meninggalkan pos 3 untuk summit. Barang-barang kami tinggal dalam tenda dan sampah, makanan kami gantung di pohon untuk mencegah bagas tidak bertamu dan memasuki tenda kita, bagas adalah sebutan dari babi ganas.
Berawal gabut eh dapat kabut
Dari pos 3 sampai pos 4 tidak memerlukan waktu yang lama, dengan estimasi 1 jam, dan setelah pos 4 adalah patok terakhir yaitu patok 20. Di perjalanan banyak edelweiss memanjakan mata, cukup dilihat dan difoto, sesuai dengan kode etik pendaki, jangan mengambil apapun selain gambar, jangan meninggalkan apapun selain jejak dan jangan memburu apapun selain waktu. Sampai pada patok 20 hingga puncak latar ombo adalah perjalanan yang menguras tenaga, jadi juga perlu dipersiapkan logistik dan minuman karena estimasi waktu yang lama, melewati tanjakan-tanjakan batu, menyusuri hutan mati, sabana ilalang, dan hingga pada kerikil-kerikil dan bebatuan yang tersisa menandakan puncak sebentar lagi. Bau belerang mulai menyengat di perjalanan, maka membawa masker juga perlu dipersiapkan.
Pada area krikil dan bebatuan angin mulai tertiup kencang, angin yang cukup membuat badan dengan berat 58 kg hampir terbawa angin, selain angin sekaligus juga dingin. Saat memulai dari pos 4 kabut mulai naik kami terus berdoa tanpa henti semoga kabut segera hilang dan hanya lewat saja, seperti halnya menyapa, tapi justru saat di bebatuan kabut mulai tebal dan menengok ke belakang yang seharusnya Sumbing terlihat dengan gagah tertutup sempurna karena kabut, kami memutuskan tetap melanjutkan perjalanan dengan hati-hati menuju puncak.Â
Saat itu pukul 09.00. Pukul 10-11 sudah seharusnya pendaki turun dari puncak sesuai dengan arahan BC, karena aktifitas belerang yang semakin kuat, kami ketika di puncak hanya 10-15 menit sahaja, karena memang saat itu sangat dingin dan angin bertiup sangat kencang, rambut-rambut yang menempel terlihat memutih dan menggigil, cukup dengan berfoto, kami putuskan turun, alhamdulilah 5 orang semuanya sampai pada di puncak, walau dipenuhi dengan kabut.
Pahit tuk diulang manis tuk dikenang
Cerita yang mungkin jika diulang kedua kalinya di kejadian yang sama, yang tak mau kita ulang. Turun dari puncak latar ombo dengan keadaan angin, udara dan kabut yang ekstrim memerlukan kehati-hatian ekstra ketika turun, dari teman yang saat itu juga hampir sesak, hampir saja semaput, dan juga sempat salah jalur hingga masuk pada plakat Kledung, atau dengan bahasa lain kita salah jalur turun, dan hampir saja memutari puncak untuk menemukan plakat sesuai jalur kita yaitu BC Pajero, saat kehilangan jalur, kita berusaha tenang dan tidak panik untuk dapat berpikir jernih, hingga diputuskan 3 orang dari kami diam ditempat terlebih dahulu, dan 2 orang, aku bersama rizky kembali menyusuri ke atas untuk benar-benar dapat memastikan plakat yang kami lalui, dengan keadaan tersebut, iso ra iso kudu iso satu-satunya jalan yang kita tempuh, dan alhamdulillahnya ketika beberapa menit ke atas aku dan rizky meliha plakat kami, dan kembali untuk bersama kembali, aku teriak untuk memastikan posisi mereka dan juga untuk jangan pindah kemana-kemana, karena kami sudah menemui plakat kita.Â
Setelah sampai kita memutuskan turun dan sampai dengan selamat, selain kami berlima kami juga bersama rombongan Jakarta yang mendaki di hari yang sama. Karena mereka summit di jam setengah 8 kata mereka, kami menemui mereka di area hutan mati perbatasan menuju puncak, mereka hendak naik dan kami turun, kami sarankan untuk tidak menuju puncak
Istirahat adalah bagian dari perjalanan
Sampai di pos 3 pukul 12 kami memutuskan makan besar dan bersama sembari menghabiskan logistik, mulai turun pukul setengah 3 sore, dan sampai BC kembali pukul setengah 6 sore, sholat, mandi dan menyelesaikan registrasi, kami pulang menuju jogja pukul 7 dan alhamdulillah sampai dengan aman semuanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H