Kami memasang alarm jam 3 dan bangun jam 4 pagi, akhirnya bisa beraktifitas pagi, tidak dengan candaan bangun pagi di gunung adalah hal fana. Menanak nasi untuk sarapan sebelum melakukan summit, setelah semua selesai antara sarapan, panggilan alam dan rebahan, jam 6 pagi kami memutuskan meninggalkan pos 3 untuk summit. Barang-barang kami tinggal dalam tenda dan sampah, makanan kami gantung di pohon untuk mencegah bagas tidak bertamu dan memasuki tenda kita, bagas adalah sebutan dari babi ganas.
Berawal gabut eh dapat kabut
Dari pos 3 sampai pos 4 tidak memerlukan waktu yang lama, dengan estimasi 1 jam, dan setelah pos 4 adalah patok terakhir yaitu patok 20. Di perjalanan banyak edelweiss memanjakan mata, cukup dilihat dan difoto, sesuai dengan kode etik pendaki, jangan mengambil apapun selain gambar, jangan meninggalkan apapun selain jejak dan jangan memburu apapun selain waktu. Sampai pada patok 20 hingga puncak latar ombo adalah perjalanan yang menguras tenaga, jadi juga perlu dipersiapkan logistik dan minuman karena estimasi waktu yang lama, melewati tanjakan-tanjakan batu, menyusuri hutan mati, sabana ilalang, dan hingga pada kerikil-kerikil dan bebatuan yang tersisa menandakan puncak sebentar lagi. Bau belerang mulai menyengat di perjalanan, maka membawa masker juga perlu dipersiapkan.
Pada area krikil dan bebatuan angin mulai tertiup kencang, angin yang cukup membuat badan dengan berat 58 kg hampir terbawa angin, selain angin sekaligus juga dingin. Saat memulai dari pos 4 kabut mulai naik kami terus berdoa tanpa henti semoga kabut segera hilang dan hanya lewat saja, seperti halnya menyapa, tapi justru saat di bebatuan kabut mulai tebal dan menengok ke belakang yang seharusnya Sumbing terlihat dengan gagah tertutup sempurna karena kabut, kami memutuskan tetap melanjutkan perjalanan dengan hati-hati menuju puncak.Â
Saat itu pukul 09.00. Pukul 10-11 sudah seharusnya pendaki turun dari puncak sesuai dengan arahan BC, karena aktifitas belerang yang semakin kuat, kami ketika di puncak hanya 10-15 menit sahaja, karena memang saat itu sangat dingin dan angin bertiup sangat kencang, rambut-rambut yang menempel terlihat memutih dan menggigil, cukup dengan berfoto, kami putuskan turun, alhamdulilah 5 orang semuanya sampai pada di puncak, walau dipenuhi dengan kabut.
Pahit tuk diulang manis tuk dikenang
Cerita yang mungkin jika diulang kedua kalinya di kejadian yang sama, yang tak mau kita ulang. Turun dari puncak latar ombo dengan keadaan angin, udara dan kabut yang ekstrim memerlukan kehati-hatian ekstra ketika turun, dari teman yang saat itu juga hampir sesak, hampir saja semaput, dan juga sempat salah jalur hingga masuk pada plakat Kledung, atau dengan bahasa lain kita salah jalur turun, dan hampir saja memutari puncak untuk menemukan plakat sesuai jalur kita yaitu BC Pajero, saat kehilangan jalur, kita berusaha tenang dan tidak panik untuk dapat berpikir jernih, hingga diputuskan 3 orang dari kami diam ditempat terlebih dahulu, dan 2 orang, aku bersama rizky kembali menyusuri ke atas untuk benar-benar dapat memastikan plakat yang kami lalui, dengan keadaan tersebut, iso ra iso kudu iso satu-satunya jalan yang kita tempuh, dan alhamdulillahnya ketika beberapa menit ke atas aku dan rizky meliha plakat kami, dan kembali untuk bersama kembali, aku teriak untuk memastikan posisi mereka dan juga untuk jangan pindah kemana-kemana, karena kami sudah menemui plakat kita.Â
Setelah sampai kita memutuskan turun dan sampai dengan selamat, selain kami berlima kami juga bersama rombongan Jakarta yang mendaki di hari yang sama. Karena mereka summit di jam setengah 8 kata mereka, kami menemui mereka di area hutan mati perbatasan menuju puncak, mereka hendak naik dan kami turun, kami sarankan untuk tidak menuju puncak
Istirahat adalah bagian dari perjalanan
Sampai di pos 3 pukul 12 kami memutuskan makan besar dan bersama sembari menghabiskan logistik, mulai turun pukul setengah 3 sore, dan sampai BC kembali pukul setengah 6 sore, sholat, mandi dan menyelesaikan registrasi, kami pulang menuju jogja pukul 7 dan alhamdulillah sampai dengan aman semuanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H