Saya sangat sepakat dengan proyek infrastruktur fisik yang digalakan oleh pemerintah, tetapi pemerintah juga harus agresif dalam membangun infrastruktur Information & Communication Technology (ICT).Â
Ada tiga komponen dalam infrasturktur ICT yakni jaringan (network), perangkat (device), dan aplikasinya. saya tak mau menyinggung semuanya. Kali ini saya hanya ingin menyinggung soal jaringan. Kita ingin menjadi negara dengan ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara. Untuk itu kita perlu banyak fasilitas hotspot atau Wi-Fi gratis di ruang-ruang publik.Â
Di tingkat provinsi sekalipun fasilitas Wi-Fi hanya tersedia di beberapa titik, di antaranya di halte-halte busway di Jakarta, taman-taman kota, seputar gedung balai kota, dan beberapa area publik. Sebuah survei menyebut bahwa akses internet kita masih menempati peringkat ke-138. PR kita masih banyak.Â
Bicara soal kecepatan, kita pantas kagum dengan Korea Selatan dan Jepang. Namun, orang Korea Selatan dan Jepang pun sebaliknya juga kagum dengan kita. Apa yang mereka kagumi? Kesabaran kita!Â
Meski begitu, saya serius dengan perlunya kita membangun infrastruktur ICT yang lebih andal. Tanpa jaringan IT, gap kaya-miskin antara Indonesia bagian dan timur akan makin besar. Ketika anak-anak muda di Jakarta begitu mudah mengikuti kuliah online tak berbayar (free) dari Coursera Harvard, jauh di timur untuk mengakses online banking saja susahnya setengah mati.
Tapi, baiklah saya ingin pakai alasan yang lain. Pertama, pemerintah sudah menargetkan Indonesia untuk menjadi negara dengan ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara. Jadi, untuk mewujudkannya kita pasti butuh infrastruktur ICT.Â
Sayangnya kalau bicara soal ini kita menempati peringkat ke-4 setelah Singapura, Malaysia dan Thailand. Kedua, Indonesia adalah negeri rawan bencana. Kita akrab dengan gunung meletus, longsor, banjir, angin topan, bahkan tsunami.Â
Kalau bicara soal pentingnya jaringan ICT dengan penanganan bencana mungkin kita bisa berkaca dari Jepang. Jepang juga negeri yang rawan bencana, terutama gempa bumi dan tsunami.Â
Bagaimana Jepang memanfaatkan ICT untuk menangani bencana? Masih ingat dengan gempa di Sendai pada tahun 2011 yang mencapai 9,0 Skala Richter. Pascagempa, pemerintah Jepang mampu dengan sigap melakukan evaluasi dan upaya penyelamatan lainnya. Salah satu faktor kunci di sini adalah kemudahan dalam mendistribusikan informasi. Semuanya adalah berkat infrastruktur ICT.
Kini, Jepang terus memanfaatkan ICT untuk mengelola bencana. Mereka menggunakannya untuk memantau potensi bencana, melakukan analisis, mengakumulasi informasi dan akhirnya mendistribusikannya ke banyak pihak sesuai tugasnya. Kalau saja masyarakat Palu bisa tahu lebih dulu soal ancaman gempa tahun 2018, mungkin jumlah korban yang meninggal tak akan mencapai 2113 jiwa . Kalau saja....Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H