Sekedar informasi, proses pemilihan kata pada generative AI seperti Chat GPT bekerja dengan memprediksi kata yang alaminya muncul dalam suatu kalimat dalam suatu konteks tertentu.
Sebagai contoh, sebuah kalimat "Saya pergi ke pasar untuk membeli ..." memiliki beberapa kemungkinan lanjutan sebagai berikut:
"Saya pergi ke pasar untuk membeli apel." : Ini adalah kelanjutan yang paling sederhana dan bisa diprediksi. Tidak ada kejutan atau variasi, sehingga tingkat ketidakpastian sangat rendah.
"Saya pergi ke pasar untuk membeli apel dan jeruk." : Masih bisa diprediksi, tetapi ada tambahan variasi dengan menyebutkan lebih dari satu jenis buah. Ini meningkatkan kompleksitas, tetapi masih dalam batas normal. ketidakpastian rendah ke sedang
"Saya pergi ke pasar untuk membeli apel, tetapi akhirnya juga membeli roti dan susu." : Ada sedikit perubahan arah dalam tindakan pembelian. Ini membuat kalimat lebih kompleks dan memunculkan variasi yang lebih tinggi. Secara logis masih masuk akal, tetapi sudah lebih kreatif. ketidakpastian sedang.
"Saya pergi ke pasar untuk membeli apel, tetapi saat tiba di sana, saya malah ingat bahwa saya lupa mematikan kompor, jadi saya langsung pulang.": Kelanjutan yang tidak dapat diprediksi sama sekali. Terdapat perubahan yang tiba-tiba dalam cerita yang sulit ditebak oleh model AI. Kalimat ini memiliki ketidakpastian tinggi dengan variasi yang lebih kompleks dan tidak linier.
Pada intinya, tingkat ketidakpastian yang rendah menunjukkan bahwa suatu teks dibuat oleh kecerdasan buatan.
2. Pola penyusunan kalimat
Untuk menentukan keunikan penyusunan kalimat dari sebuah teks, biasanya akan digunakan suatu variabel yang disebut “ledakan”, apanya yang meledak?
Sebenarnya variabel ini tidak ada hubungannya dengan reaksi ledakan, tetapi “ledakan” ini merujuk pada banyaknya variasi kata pada suatu struktur dan panjang kalimat, mirip dengan ketidakpastian pemilihan kata, tapi pada tingkatan kalimat.