Mohon tunggu...
Healthy Pilihan

Sembuh TANPA OBAT dari Sakit dengan Gejala Nyeri Hebat di Bagian Dada

23 Oktober 2017   15:17 Diperbarui: 28 Oktober 2017   11:30 4256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Saya sempat mengalami sakit yang bisa dikatakan cukup serius, tetapi bersyukurlah hal itu sudah berhasil saya lewati. Gejalanya barangkali bisa juga dibilang memang dahsyat. Indikasinya, jalan 10 meter saja sudah tak kuat, dada nyeri; mengerjakan salat sampai 2 rakaat saja dada sudah terasa sakit nyeri banget. Usia saya 60 tahun (kelahiran 1957).

Saya menolak dibawa ke rumahsakit oleh keluarga. Saya khawatir akan mengalami ketidaknyamanan. Bukan tidak nyaman karena misalnya harus menjalani rawat-inap. Saya khawatir akan mengalami ketidaknyamanan bila umpama "bertemu" dokter lalu disampaikannya bahwa yang saya alami itu sebagai problem jantung. Saya berprinsip, oleh karena punya pandangan, bahwa yang saya alami tersebut merupakan problem pembuluh darah secara holistik.

Memang belum tentu kekhawatiran saya itu terjadi, namun apa pun yang namanya kekhawatiran sebaiknya diupayakan untuk dihindari. Kesimpulan, saya tidak pergi ke dokter, tidak ke rumahsakit, melainkan tetap di rumah. Juga tidak minum obat, tidak minum jamu atau racikan herbal, tidak juga menjalani terapi bekam dan lainnya, dalam berupaya melakukan penghusadaan "penyakit" yang saya derita itu tadi.   

Saya, bila berjalan (di dalam rumah) lalu mengalami serangan nyeri pada bagian dada, saya pun segera duduk dan menghayati serangan nyeri tersebut. Kejadiannya, selalu dan selalu hilang lagi. Hitung punya hitung, tak lebih 15 atau 20 menit rasa nyeri dada itu sudah hilang lagi. Berarti apa? Berarti organ jantung saya enggak apa-apa, sehat-sehat adanya. Kalau memang organ jantung mengalami kerusakan, pasti rasa nyerinya akan menerus.

Hal yang pertama kali saya tanyakan kepada diri saya sendiri adalah, kenapa harus nyeri di bagian dada? Kalau hanya kekurangan oksigen, umpamanya, enggak usah nyeri, dong... Kalau memang terjadi penyumbatan pembuluh darah, misalnya, kalau penyumbatannya bukan pada bagian jantung, pasti tidak terasa nyeri di bagian dada.

Berarti ada gesekan di dalam pembuluh darah di tempat yang ringkih. Tetapi kenapa harus terjadi gesekan yang sebegitu rupa, sehingga timbul rasa nyeri? Berarti telah terjadi gesekan antara dua materi yang relatif kenyal, di organ yang ringkih, sehingga timbul rasa nyeri itu. Kalau begitu pasti darahnya kental. Oke, berarti darah harus diencerkan. Dengan apa? Jangan dengan tiner, karena itu khusus untuk mengencerkan cat yang berbasis minyak. Mengencerkan darah tentu dengan air.

Berlangsung monolog yang seru dalam situasi yang relatif bersifat darurat. Maka muncul rumus yang pertama, yaitu kurangi makan sebanyak-banyaknya minum air putih sebanyak-banyaknya, itu dulu. Setelah rumus tersebut saya jalankan, ternyata serangan-serangan yang sering datang jadi berkurang secara sangat berarti.

Saya percaya pada para ahli yang menyatakan, bila terjadi penyumbatan pembuluh darah, faktor makanan menjadi penyebab yang cukup besar. Maka lalu muncul rumus kedua, yang lebih sebagai aksioma atau dalil yang tak perlu dibuktikan kebenarannya. Yaitu, oleh karena ada material penyumbatan pembuluh darah berasal dari makanan, pasti Tuhan juga menciptakan makanan yang berfungsi meluruhkan material penyumbatan pembuluh darah yang berasal dari makanan.

Pertanyaan selanjutnya adalah, makanan apa sajakah yang berfungsi meluruhkan material penyumbatan pembuluh darah yang diakibatkan oleh makanan? Saya percaya pada para ahli yang menyampaikan manfaat macam-macam makanan, dan dapat dibaca melalui tulisan-tulisan di berbagai mediamassa. Ternyata banyak makanan yang berfungsi meluruhkan kolesterol, zat yang memang saya asumsikan merupakan unsur utama material penyumbatan pembuluh darah yang saya derita. Banyak, bahkan sangat banyak macam-ragamnya. Macam-macam jenis makanan yang sering disampaikan oleh banyak orang berkhasiat sesuai hal yang dimaksud, dalam obrolan sehari-hari, pun pada dasarnya tidak keliru.

Bagaimana menyangkut pilihan makanan? Saya mengharuskan diri memilih yang mudah didapatkan, ada di mana-mana, baik di kota maupun di desa. Maka pilihan pun jatuh pada TIMUN. Saya pada waktu itu memang sekaligus berpikir, apabila "percobaan" serta "pembuktian pandangan" ini membuahkan hasil positif, dan sekiranya ada yang bermaksud menerapkannya juga, segala sesuatunya serba mudah dilakukan.

Tentu bukan hanya timun, karena banyak sekali, dan saya pun memilih makanan-makanan lain sebagai pendukung timun. Saya terbiasa tiap pagi minum teh. Ternyata teh juga berfungsi meluruhkan kolesterol. E, ternyata jeruk nipis pun begitu. Ya sudah, tambah nikmatlah minuman pagi saya, teh dengan jeruk nipis, kadang-kadang juga dengan lemon. Makanan pendukung lain yang juga saya pilih adalah kacang.

Masih adakah dukungan tambahannya? Ya, yang saya lakukan, kalau lagi ada ataupun sempat mendapatkannya, makanan dukungan tambahan tersebut berupa brambang atau bawang merah, air kelapa, dan jahe. Bawang merah mentah diiris-iris dengan cabe rawit dicampur kecap, wow, enak sekali dimakan bareng tahu dan tempe. Air kelapa sekali waktu bila ada kesempatan saja, sedangkan untuk jahe kebetulan saya mendapatkannya dengan cara jajan wedang ronde, kira-kira dalam seminggu ada kesempatan tiga kali dan berlangsung di malam hari.

Kemudian rumus yang ketiga, kalau memang sudah percaya pada timun dan kawan-kawan berfungsi meluruhkan material penyumbatan di dalam pembuluh darah yang diakibatkan oleh makanan, beri kesempatan pada yang bersangkutan menjalani fungsinya secara optimal tanpa gangguan. Artinya, jangan ada kondisi seperti saling adu cepat. Di satu sisi ada kegiatan peluruhan material penyumbatan di pembuluh darah, di sisi yang lain berlangsung produksi penambahan material penyumbatan di pembuluh darah.

Sebaiknya bagaimana? Pelaksanaan rumus yang ketiga tadi, sesuai yang saya lakukan, adalah dengan menghentikan ritual makan besar. Ritual makan nasi dengan lauk-pauk sehari tiga kali untuk sementara waktu dihentikan sama sekali. Gantinya ya timun itu tadi. Timun, timun, dan timun. Sedangkan makanan lain-lain yang saya sebutkan di atas bersifat sebagai pendukung, dan yang saya rasakan juga berperan membesarkan hati. . . 

Berapa banyakkah sebaiknya makan timun dalam sehari? Sesuai yang saya lakukan, relatif sekali. Sepertinya tubuh kita ini sesungguhnya mengirimkan sinyal-sinyal tertentu, termasuk, sesuai yang saya alami, berapa banyak sebaiknya makan timun dalam sehari itu. Gambaran yang nyata, pada hari-hari dengan serangan nyeri dada masih sering terjadi, saya menghabiskan 1 kg timun dalam sehari. Namun pada saat kondisi sudah relatif enggak "gawat" lagi, seolah-olah secara otomatis pun berkurang tak perlu sampai 1 kg lagi dalam sehari. Timun dimakan begitu saja, tanpa diapa-apakan. Tidak dimasak, tidak dikupas kulitnya, tetapi tentu harus dicuci bersih-bersih.

Bagaimana hasil upaya penyembuhannya, dengan cara seperti itu? Hari Minggu tanggal 15 Oktober 2017 saya berjalan kaki cukup jauh di CFD (car free day) Bekasi. Sudah empat kali hari Minggu saya tak ke sana, karena sakit tersebut. Minggu, 15 Oktober 2017 sengaja jalan kaki di sana, saya hitung, sebanyak 1.390 langkah dikali dua. 

Berjalan dengan langkah pendek-pendek, kira-kira 3 langkah = 1 meter. Ditambah belak-beloknya, mondar-mandirnya, mungkin total mencapai 3.000 langkah, atau sekitar 1.000 meter. Artinya, telah terjadi kemajuan yang, menurut saya, luar biasa. Bayangkan, dari kondisi berjalan kaki 10 meter saja sudah mengalami nyeri dada yang hebat, menjadi bisa menikmati berjalan kaki 1.000 meter nonstop tanpa mengalami keluhan apa-apa, sungguh saya sangat bersyukur atas keadaan yang demikian itu.

Dalam berapa harikah proses tercapainya kemajuan kondisi tersebut? Memang agak lama, karena saya relatif tidak disiplin. Suatu ketika karena merasa sudah mendingan, melihat paru goreng balado di lemari makan, "nyolong" juga, saya, padahal sudah dilarang oleh diri sendiri. Akibatnya terjadi gangguan lagi. Setelah itu pun pernah melanggar larangan sendiri, dengan mencomot daging goreng dan memakannya, yang ternyata juga merupakan faktor penghambat proses penyembuhan.

Sosis pun sama saja, sesuai yang saya rasakan, begitu pula dengan susu, sama-sama merupakan faktor penghambat proses penyembuhan. Dengan "pelanggaran-pelanggaran" yang terjadi itu, dapat diketahui, saya dapat mengenalinya dengan cukup baik, makanan apa saja sebagai pendorong proses penyembuhan, makanan apa saja sebagai penghambat proses penyembuhan.

Pernah suatu ketika, oleh karena badan sudah terasa fit, saya berniat besuk pagi datang ke CFD Bekasi. E, malam-malam terkena hantaman lima tusuk sate padang. Salah sendiri, kan!? Ya sudah, batal ke CFD, karena pagi-pagi terjadi penurunan kondisi yang saya rasakan sangat drastis.

Jadi mengenai berapa lama proses penyembuhan sesuai cara yang saya lakukan itu, sehingga tercapai perubahan dari berjalan kaki 10 meter saja sudah mengalami serangan nyeri hebat di bagian dada menjadi berjalan kaki 1.000 meter pun tak mengalami gangguan apa-apa, perkenankanlah saya menyampaikan suatu perkiraan saja. 

Kalau disiplin menerapkan ketiga rumus yang saya sampaikan di atas tadi, rasa-rasanya paling lama sepuluh hari sudah bisa tercapai kemajuan sangat berarti dimaksud. Oleh karena saya relatif kurang disiplin, sering melakukan pelanggaran-pelanggaran, jadinya cukup lama, kira-kira satu bulan.

Berdasarkan hal-hal itu pun muncul rumus yang keempat, yang juga cenderung sebagai aksioma; yaitu, kalau material penyumbatan pembuluh darah yang diakibatkan oleh makanan itu tertimbun selama puluhan tahun, mustahil dapat diluruhkan secara maksimal dengan makanan hanya dalam dua atau tiga hari. Hendaklah hal tersebut dihayati dengan sepenuh-penuh penghayatan.

Selang beberapa hari sejak sanggup berjalan kaki seribu meter tanpa gangguan apa-apa dan kondisi yang saya rasakan tetap stabil, saya baru berani menuangkan pengalaman ini. Suatu pengalaman yang sangat penting dalam sejarah kesehatan dan kehidupan saya, maka saya merasa perlu mendokumentasikannya dalam tulisan.

Jika sahabat, barangkali saja, bermaksud menerapkan yang sudah saya terapkan untuk diri saya sendiri tersebut, formula makanan-makanan yang saya pilih bukan merupakan panduan, bukan merupakan anjuran. Silahkan dipilih sendiri, karena ada banyak sekali pilihan. Hanya saja saya menyarankan, hendaklah yang utama adalah timun. 

Makanan ini dapat menjawab banyak hal, termasuk yang berkaitan dengan kadar gula darah. Terutama oleh karena, sesuai yang saya haruskan pada diri saya waktu itu, menghentikan sama sekali ritual makan besar untuk sementara waktu, maka timun sangat dapat menjawab rasa lapar.

Bagian tulisan ini saya selesaikan pada Selasa (17/10) siang. Saya biasa menulis untuk kemudian saya baca lagi lain waktu. Malam harinya salah seorang kakak saya bersama istrinya, datang ke rumah. Dia mendengar dari saudara-saudara saya yang lain, bahwa saya sakit. Mereka semua baru tahu, karena saya memang tidak memberitahunya. Rupanya istri dan anak-anak saya yang mengumumkannya, kalau saya sakit. Akhirnya mereka pada datang, tetapi pagi harinya saya sudah sanggup berjalan 1.000 meter, dari semula ketika kondisi parah berjalan 10 meter saja sudah tidak kuat.

Kakak saya yang datang belakangan tadi adalah seorang penyembuh hebat, yang dikenal luas sebagai Eyang Djati. Mohon diperhatikan kembali, dalam tulisan ini secara prinsip saya selalu menyebutkan mengenai material penyumbatan pembuluh darah, tidak dengan menunjuk sebutan tertentu. Ketika menyinggung soal kolesterol, ada tertulis begini: Ternyata banyak makanan yang berfungsi meluruhkan kolesterol, zat yang memang saya asumsikan merupakan unsur utama material penyumbatan pembuluh darah yang saya derita.

Artinya apa? Artinya, ada unsur lain sebagai material penyumbatan, yang mungkin memang mewujud seolah-olah kolesterol di dalam  pembuluh darah. Untuk yang ini saya memang sependapat dengan kakak saya. Saat baru datang, kakak saya itu segera mengatakan, terdapat zat penghambat kelancaran aliran darah yang kami maksudkan tadi, di sejumlah titik pembuluh darah, terutama pada bagian kiri tubuh saya. 

Mohon dimaklumi, saya tidak menguraikannya di sini, lagipula perihal tersebut dapat diakses secara luas dan mudah via www.eyangdjati.com. Prinsipnya, unsur material penyumbatan pembuluh darah yang dimaksud itu tak bisa diluruhkan dengan makanan, melainkan dapat dienyahkan atas kuasa Allah, berkat doa.

Lalu saya di-treatmentmenggunakan sarana jari tangannya, pada titik-titik tertentu. Yaitu: di sebelah bawah lutut bagian luar, di bilangan paha juga bagian luar, titik pembuluh darah di bagian panggul, serta bagian punggung sebelah kiri yang dikatakannya ada hubungan langsung dengan jantung.

Singkat cerita, dengan ini saya sampaikan perkembangan kesehatan saya. Hari Minggu tanggal 22 Oktober 2017, saya pergi ke CFD Bekasi lagi. Saya niatkan untuk tes enduro. Setelah sarapan tiga potong tahu bacem dan hampir setengah kilogram jambu air (karena timun ketinggalan di rumah), yang saya beli di lokasi CFD Bekasi, saya pun mulai berjalan kaki. Bagaimana hasilnya? Saya sanggup berjalan kaki lebih dari 2.000 meter secara nonstop, dan tidak mengalami keluhan apa-apa.

Saya sembuh. Terimakasih Tuhan. Sembuh dari Sakit dengan Gejala Nyeri Hebat di Bagian Dada..... (tanpa obat, tanpa jamu atau racikan herbal, tanpa terapi bekam, dan lainnya).

Demikianlah. (Sbr, 23102017)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun