Masih adakah dukungan tambahannya? Ya, yang saya lakukan, kalau lagi ada ataupun sempat mendapatkannya, makanan dukungan tambahan tersebut berupa brambang atau bawang merah, air kelapa, dan jahe. Bawang merah mentah diiris-iris dengan cabe rawit dicampur kecap, wow, enak sekali dimakan bareng tahu dan tempe. Air kelapa sekali waktu bila ada kesempatan saja, sedangkan untuk jahe kebetulan saya mendapatkannya dengan cara jajan wedang ronde, kira-kira dalam seminggu ada kesempatan tiga kali dan berlangsung di malam hari.
Kemudian rumus yang ketiga, kalau memang sudah percaya pada timun dan kawan-kawan berfungsi meluruhkan material penyumbatan di dalam pembuluh darah yang diakibatkan oleh makanan, beri kesempatan pada yang bersangkutan menjalani fungsinya secara optimal tanpa gangguan. Artinya, jangan ada kondisi seperti saling adu cepat. Di satu sisi ada kegiatan peluruhan material penyumbatan di pembuluh darah, di sisi yang lain berlangsung produksi penambahan material penyumbatan di pembuluh darah.
Sebaiknya bagaimana? Pelaksanaan rumus yang ketiga tadi, sesuai yang saya lakukan, adalah dengan menghentikan ritual makan besar. Ritual makan nasi dengan lauk-pauk sehari tiga kali untuk sementara waktu dihentikan sama sekali. Gantinya ya timun itu tadi. Timun, timun, dan timun. Sedangkan makanan lain-lain yang saya sebutkan di atas bersifat sebagai pendukung, dan yang saya rasakan juga berperan membesarkan hati. . .Â
Berapa banyakkah sebaiknya makan timun dalam sehari? Sesuai yang saya lakukan, relatif sekali. Sepertinya tubuh kita ini sesungguhnya mengirimkan sinyal-sinyal tertentu, termasuk, sesuai yang saya alami, berapa banyak sebaiknya makan timun dalam sehari itu. Gambaran yang nyata, pada hari-hari dengan serangan nyeri dada masih sering terjadi, saya menghabiskan 1 kg timun dalam sehari. Namun pada saat kondisi sudah relatif enggak "gawat" lagi, seolah-olah secara otomatis pun berkurang tak perlu sampai 1 kg lagi dalam sehari. Timun dimakan begitu saja, tanpa diapa-apakan. Tidak dimasak, tidak dikupas kulitnya, tetapi tentu harus dicuci bersih-bersih.
Bagaimana hasil upaya penyembuhannya, dengan cara seperti itu? Hari Minggu tanggal 15 Oktober 2017 saya berjalan kaki cukup jauh di CFD (car free day) Bekasi. Sudah empat kali hari Minggu saya tak ke sana, karena sakit tersebut. Minggu, 15 Oktober 2017 sengaja jalan kaki di sana, saya hitung, sebanyak 1.390 langkah dikali dua.Â
Berjalan dengan langkah pendek-pendek, kira-kira 3 langkah = 1 meter. Ditambah belak-beloknya, mondar-mandirnya, mungkin total mencapai 3.000 langkah, atau sekitar 1.000 meter. Artinya, telah terjadi kemajuan yang, menurut saya, luar biasa. Bayangkan, dari kondisi berjalan kaki 10 meter saja sudah mengalami nyeri dada yang hebat, menjadi bisa menikmati berjalan kaki 1.000 meter nonstop tanpa mengalami keluhan apa-apa, sungguh saya sangat bersyukur atas keadaan yang demikian itu.
Dalam berapa harikah proses tercapainya kemajuan kondisi tersebut? Memang agak lama, karena saya relatif tidak disiplin. Suatu ketika karena merasa sudah mendingan, melihat paru goreng balado di lemari makan, "nyolong" juga, saya, padahal sudah dilarang oleh diri sendiri. Akibatnya terjadi gangguan lagi. Setelah itu pun pernah melanggar larangan sendiri, dengan mencomot daging goreng dan memakannya, yang ternyata juga merupakan faktor penghambat proses penyembuhan.
Sosis pun sama saja, sesuai yang saya rasakan, begitu pula dengan susu, sama-sama merupakan faktor penghambat proses penyembuhan. Dengan "pelanggaran-pelanggaran" yang terjadi itu, dapat diketahui, saya dapat mengenalinya dengan cukup baik, makanan apa saja sebagai pendorong proses penyembuhan, makanan apa saja sebagai penghambat proses penyembuhan.
Pernah suatu ketika, oleh karena badan sudah terasa fit, saya berniat besuk pagi datang ke CFD Bekasi. E, malam-malam terkena hantaman lima tusuk sate padang. Salah sendiri, kan!? Ya sudah, batal ke CFD, karena pagi-pagi terjadi penurunan kondisi yang saya rasakan sangat drastis.
Jadi mengenai berapa lama proses penyembuhan sesuai cara yang saya lakukan itu, sehingga tercapai perubahan dari berjalan kaki 10 meter saja sudah mengalami serangan nyeri hebat di bagian dada menjadi berjalan kaki 1.000 meter pun tak mengalami gangguan apa-apa, perkenankanlah saya menyampaikan suatu perkiraan saja.Â
Kalau disiplin menerapkan ketiga rumus yang saya sampaikan di atas tadi, rasa-rasanya paling lama sepuluh hari sudah bisa tercapai kemajuan sangat berarti dimaksud. Oleh karena saya relatif kurang disiplin, sering melakukan pelanggaran-pelanggaran, jadinya cukup lama, kira-kira satu bulan.