Ketiga, pendidikan tinggi tidak selalu memberikan perlindungan penuh terhadap pemikiran irasional.Â
Pendidikan sering kali bersifat spesifik pada bidang tertentu, sehingga seorang profesional mungkin sangat kompeten dalam bidangnya, tetapi rentan terhadap teori konspirasi di bidang lain.
 Misalnya, seorang insinyur yang sangat ahli dalam bidang teknik bisa saja terpengaruh oleh teori konspirasi yang berkaitan dengan kesehatan atau politik, karena pengetahuannya di bidang tersebut mungkin tidak sekuat di bidang teknik.
Keempat, pendidikan tinggi sering kali meningkatkan rasa percaya diri.Â
Namun, rasa percaya diri ini bisa menjadi bumerang ketika seseorang merasa yakin bahwa karena tingkat pendidikannya yang tinggi, mereka lebih mampu memahami "kebenaran tersembunyi."Â
Keyakinan ini bisa membuat mereka lebih rentan terhadap teori konspirasi, karena mereka merasa lebih berhak untuk mempertanyakan informasi yang diterima secara umum, bahkan tanpa bukti yang kuat.
Solusi: Menghadapi Daya Tarik Teori Konspirasi
Untuk mengatasi fenomena ini, kita perlu memahami bahwa daya tarik teori konspirasi tidak hanya berasal dari kurangnya pengetahuan, tetapi juga dari faktor-faktor psikologis dan sosial.Â
Oleh karena itu, solusi yang ditawarkan harus mencakup upaya meningkatkan kesadaran emosional dan kemampuan berpikir kritis.
Pertama, meningkatkan literasi informasi menjadi sangat penting. Pendidikan formal harus mencakup keterampilan untuk menganalisis dan mengevaluasi informasi secara kritis.Â
Masyarakat perlu dilatih untuk memahami cara memverifikasi sumber informasi, mengenali bias, serta mengevaluasi bukti secara objektif. Dengan demikian, mereka tidak hanya bergantung pada pengetahuan akademik mereka, tetapi juga lebih mampu menilai informasi secara luas.