Mohon tunggu...
Subarkah
Subarkah Mohon Tunggu... Buruh - Buruh

Suka nulis, suka nonton film, suka baca

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cinta dalam Era Digital

28 Juli 2024   05:54 Diperbarui: 28 Juli 2024   06:51 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Masalah pribadi sering kali terbawa oleh Juminten ke dalam pekerjaan, membuatnya cepat marah dan menjemukan. Suatu hari, ia berdebat dengan Jumarno karena kesalahan kecil dalam laporan. Namun, Jumarno tetap tenang dan memberi solusi dengan sabar.

"Mungkin kita perlu istirahat sejenak. Kita bisa membahas ini nanti dengan kepala dingin," sarannya.

Malam harinya, mereka bertemu kembali di kafe.

"Kenapa kamu selalu bisa sabar, Jumarno?" tanya Juminten.

"Aku belajar untuk memisahkan masalah pribadi dan pekerjaan. Dengan begitu, kita bisa lebih fokus dan tubuh juga bisa beristirahat dengan baik," jawab Jumarno bijak.

Kata-kata Jumarno terngiang di benak Juminten. Ia mulai belajar untuk memisahkan antara masalah pribadi dan pekerjaan. Setiap kali merasa tertekan, ia akan mengingat saran Jumarno dan mencoba untuk tetap tenang. Lambat laun, perubahan itu terlihat. Juminten menjadi lebih produktif dan suasana hatinya lebih baik.

Setiap kali merasa stres, Juminten mempraktikkan saran Jumarno. Dia mulai bisa memisahkan masalah pribadi dari pekerjaan, sehingga hidupnya terasa lebih ringan. Perubahan itu tidak hanya membuatnya lebih produktif, tetapi juga membuat suasana hatinya lebih baik.

Di akhir pekan, mereka kembali bertemu di kafe yang sama, duduk di meja yang sama, mengenang pertemuan pertama mereka. Matahari mulai terbenam, menciptakan suasana romantis.

"Terima kasih sudah membantuku, Jumarno. Aku belajar banyak dari kamu," kata Juminten sambil menatap matahari yang perlahan menghilang di balik cakrawala.

"Kita belajar dari satu sama lain. Yang penting adalah bagaimana kita mengatur diri dan tidak membiarkan satu aspek kehidupan menghancurkan yang lainnya," jawab Jumarno.

Juminten tersenyum, merasa lebih ringan dan bahagia. "Kamu benar. Sekarang aku bisa melihat semuanya dengan lebih jelas."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun