Mohon tunggu...
Subagiyo Rachmat
Subagiyo Rachmat Mohon Tunggu... Freelancer - â—‡ Menulis untuk kebaikan (titik!)

(SR Ways) - Kita mesti peduli dengan sekeliling kita dan bisa berbagi sesuai kapasitas, kadar dan kemampuan masing-masing sebagai bagian dari masyarakat beradab.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

75 Tahun Indonesia Merdeka, Saatnya Menjadi Bangsa Penyabar dalam Pembangunan

18 Agustus 2020   22:30 Diperbarui: 18 Agustus 2020   22:44 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dan yang tak kalah penting adalah keyakinan atas pertolongan Tuhan Yang Maha Esa- ada semangat ketuhanan dalam spirit kebangsaan. Kita memerlukan waktu 37 tahun, sejak era kebangkitan nasional 1908 untuk merebut kemerdekan 1945. 

Sinergitas perjuangan para tokoh bangsa sedemikian sempurna menuju kemerdekaan, dalam segala keterbatasan mereka membangkitkan kesadaran masyarakat akan keterjajahan dan keterbelengguan sebagai bangsa, berjuang melalui gerakan sosial, pendidikan dan keagamaan, melalui organisasi politik, melalui media massa  baik dengan cara-cara lunak maupun keras sehingga penjara di tempat-tempat jauh dan terpencil menjadi hal yang mesti diterima dengan kesabaran dan intelektual tingkat tinggi. 

Juga yang tak kalah penting  adalah perjuangan diplomasi secara internasional yang dilakukan oleh pemuda-pemuda dan mahasiswa Indonesia di negeri Belanda pada dekade ke 3 abad 20.

Sinergitas perjuangan selama 37 tahun itulah akhirnya bangsa Indonesia menemukan momentum emas dengan dorongan kuat para pemuda, dan atas berkat rahmat Allah yang Maha Kuasa- akhirnya pada 17 Agustus 1945 Soekarno-Hatta atas nama bangsa Indonesia memproklamasikan Kemerdekaan Indonesia.

75 Tahun Merdeka dan Bajak Momentum Krisis.
Peringatan 75 Tahun Kemerdekaan Indonesia tahun 2020 ini berlangsung dalam suasana berbeda karena adanya pandemi covid-19. Perekonomian mengalami kontraksi tajam di level minus 5.2% pada kuartal 2, secara teoritis sudah diambang terjadinya krisis. 

Berbagai upaya sedang dilakukan pemerintah baik dalam penanganan pendemi-nya maupun di bidang ekonomi agar bergulir lagi dengan pendekatan Adaptasi Kebiasaan baru (AKB) diantaranya dengan memberikan stimulasi pada masyarakat agar melakukan spending dengan pemberian tunjangan 600 ribu per bulan bagi karyawan swasta bergaji dibawah 5 juta selama 4 bulan, dan sebagainya.

Presiden Jokowi pada sidang tahunan MPR dan sidang bersama DPR-DPD dalam peringatan 75 tahun Kemerdekaaan RI, mengajak kita semua untuk memecahkan masalah fundamental yang kita hadapi, dengan melakukan lompatan besar untuk kemajuan signifikan, dan kita harus bajak momentum krisis ini.

Apa masalah fundamental, berikut sebagian kutipannya “Inilah saatnya kita membenahi diri secara fundamental, melakukan transformasi besar, menjalankan strategi besar. Strategi besar di bidang ekonomi, hukum, pemerintahan, sosial, kebudayaan, termasuk kesehatan dan pendidikan. Saatnya kita bajak momentum krisis untuk melakukan lompatan-lompatan besar. Pada usia ke-75 tahun ini, kita telah menjadi negara Upper Middle Income Country. 25 tahun lagi, pada usia seabad Republik Indonesia, kita harus mencapai kemajuan yang besar, menjadikan Indonesia Negara Maju“.

Catatan saya sebagai masyarakat awam, pidato Presiden menurut saya sangat normatif, sebenarnya saya berharap pidato pak jokowi bisa lebih tajam dengan focus dan tahapan-tahapannya dan target-target pencapaiannya dalam timeframe periode kepemimpinan Pak jokowi, artinya sampai 2024. Jangan sampai semua ingin dicapai semua tapi malah tidak fokus. 

Angka-angka korupsi yang besar juga tidak muncul dan tidak disinggung padahal korupsi adalah salah satu yang merusak dan menggerogoti imunitas perekonomian kita. 

Kemandirian dan sector hulu ada disingung tapi masih sangat normatif saja. Prinsip kemandirian dan pemberantasan korupsi mutlak harus menjadi prioritas karena jika keduanya berhasill, daya tahan (imunitas) perekonomian kita akan kuat. Jangan sampai kita terjebak dalam retorika-retorika bombastis yang kurang terukur dan tidak realistis yang demikian sering kita dengar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun