Mohon tunggu...
Subagiyo Rachmat
Subagiyo Rachmat Mohon Tunggu... Freelancer - ◇ Menulis untuk kebaikan (titik!)

(SR Ways) - Kita mesti peduli dengan sekeliling kita dan bisa berbagi sesuai kapasitas, kadar dan kemampuan masing-masing sebagai bagian dari masyarakat beradab.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

75 Tahun Indonesia Merdeka, Saatnya Menjadi Bangsa Penyabar dalam Pembangunan

18 Agustus 2020   22:30 Diperbarui: 18 Agustus 2020   22:44 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kesadaran nasional dan kebangsaan kita baru muncul sejak berdirinya gerakan Boedi Oetomo pada 1908, ditandai dengan berdirinya organisasi modern Boedi Oetomo pada 20 Mei 1908 dengan tokoh-tokohnya Dr. Wahidin Sudirohusodo, Dr Soetomo, Mohammad Soelaiman, Gondo Soewarno, Goenawan Mangoenkoesoemo, R. Angka Prodjosoedirdjo, Mochammad Saleh, R. Mas Goembrek, Soeradji Tirtonegoro, dan Soewarno- kemudian gerakan BoediOetomo 1908 ini diakui sebagai awal kebangkitan Nasional menuju kemerdekaan, berdirinya Boedi Oetomo dinilai sebagai tonggak sejarah kebangkitan pribumi untuk melawan kolonialisme, sehingga pada 1948 Presiden Soekarno menetapkan 20 Mei sebagai Hari Kebangkitan Nasional.

Selanjutnya bangsa ini bak air bah terus menerus melahirkan banyak tokoh dan pemimpin hebat dalam politik kebangsaan, pendidikan, sosial dan keagamaan. Sebagian diantara mereka adalah HOS Tjokroaminoto dari Partai Sarekat Islam (SI) yang sering disebut sebagai Bapaknya para bapak-bapak Bangsa, KH A. Dahlan pelopor pendidikan modern dan pendiri Muhammadiyah gerakan sosial dan keagamaan, Ki Hajar Dewantara bapak Pendidikan Nasional, Mohammad Hatta dan Soekarno, KH Hasyim Asy’ari Pendiri NU dan tokoh perintis kemerdekaan,

Kongres Pemuda kedua 27-18 Okober 1928 di Jakarta menghasilkan ikrar  yang kemudian dikenal sebagai Sumpah Pemuda merupakan satu tonggak utama dalam sejarah pergerakan kemerdekaan Indonesia. 

Ikrar ini dianggap sebagai kristalisasi semangat untuk menegaskan cita-cita berdirinya negara Indonesia, menegaskan cita-cita akan adanya "tanah air Indonesia", "bangsa Indonesia", dan "bahasa Indonesia". Kami poetra dan poetri Indonesia, mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah Indonesia. Kedoea: Kami poetra dan poetri Indonesia mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia. Ketiga: Kami poetra dan poetri Indonesia mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia.

Rumusan Kongres Sumpah Pemuda ditulis Moehammad Yamin pada secarik kertas yang disodorkan kepada Soegondo ketika Mr. Sunario tengah berpidato pada sesi terakhir kongres (sebagai utusan kepanduan) sambil berbisik kepada Soegondo: Ik heb een eleganter formulering voor de resolutie (Saya mempunyai suatu formulasi yang lebih elegan untuk keputusan Kongres ini), yang kemudian Soegondo membubuhi paraf setuju pada secarik kertas tersebut, kemudian diteruskan kepada yang lain untuk paraf setuju juga. 

Sumpah tersebut awalnya dibacakan oleh Soegondo dan kemudian dijelaskan panjang-lebar oleh Yamin. Sejak 1959, tanggal 28 Oktober ditetapkan sebagai Hari Sumpah Pemuda.

Proklamasi Kemerdekaan.
Melalui perjuangan yang sungguh berat dan penuh pengorbanan jiwa, harta dan raga, dengan segala pemikiran dan strategi yang konsisten dan penuh keikhlasan serta militansi perjuangan seluruh komponen bangsa akhirnya pada tanggal 17 Agustus 1945, Soekarno-Hatta atas nama bangsa Indonesia memprokamirkan kemerdekaannya. 

Teks proklamasi secara langsung dibacakan oleh Soekarno di Jl Pegangsaan Timur 56, Jakarta- kemudian pada tanggal 18 Agustus 1945 Soekarno dan Mohammad Hatta diangkat oleh PPKI menjadi Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia, dikukuhkan oleh KNIP pada tanggal 29 Agustus 1945.

Kemerdekaan adalah “jembatan emas”, di seberang jembatan itu kelak semua akan ditata. bagaimana masyarakat Indonesia yang telah meraih kemerdekaan akan hidup dengan landasan filosofi Pancasila yang menjunjung tinggi kesetaraan dalam keberagaman - Soekarno

"Indonesia merdeka bukan tujuan akhir kita. Indonesia merdeka hanya syarat untuk bisa mencapai kebahagiaan dan kemakmuran rakyat." - Mohammad Hatta

Kesabaran Mencapai Kemerdekaan (1908-1945).
Perjuangan merebut kemerdekaan adalah gambaran sebuah kesempurnaan perjuangan kebangsaan. Perjuangan yang penuh dengan keikhlasan dan militansi perjuangan demi bangsa dengan konsistensi mengagumkan, penuh dengan taktik dan strategi dengan pengorbanan jiwa –raga dan harta, dengan kesabaran dan keyakinan untuk merdeka. 

Dan yang tak kalah penting adalah keyakinan atas pertolongan Tuhan Yang Maha Esa- ada semangat ketuhanan dalam spirit kebangsaan. Kita memerlukan waktu 37 tahun, sejak era kebangkitan nasional 1908 untuk merebut kemerdekan 1945. 

Sinergitas perjuangan para tokoh bangsa sedemikian sempurna menuju kemerdekaan, dalam segala keterbatasan mereka membangkitkan kesadaran masyarakat akan keterjajahan dan keterbelengguan sebagai bangsa, berjuang melalui gerakan sosial, pendidikan dan keagamaan, melalui organisasi politik, melalui media massa  baik dengan cara-cara lunak maupun keras sehingga penjara di tempat-tempat jauh dan terpencil menjadi hal yang mesti diterima dengan kesabaran dan intelektual tingkat tinggi. 

Juga yang tak kalah penting  adalah perjuangan diplomasi secara internasional yang dilakukan oleh pemuda-pemuda dan mahasiswa Indonesia di negeri Belanda pada dekade ke 3 abad 20.

Sinergitas perjuangan selama 37 tahun itulah akhirnya bangsa Indonesia menemukan momentum emas dengan dorongan kuat para pemuda, dan atas berkat rahmat Allah yang Maha Kuasa- akhirnya pada 17 Agustus 1945 Soekarno-Hatta atas nama bangsa Indonesia memproklamasikan Kemerdekaan Indonesia.

75 Tahun Merdeka dan Bajak Momentum Krisis.
Peringatan 75 Tahun Kemerdekaan Indonesia tahun 2020 ini berlangsung dalam suasana berbeda karena adanya pandemi covid-19. Perekonomian mengalami kontraksi tajam di level minus 5.2% pada kuartal 2, secara teoritis sudah diambang terjadinya krisis. 

Berbagai upaya sedang dilakukan pemerintah baik dalam penanganan pendemi-nya maupun di bidang ekonomi agar bergulir lagi dengan pendekatan Adaptasi Kebiasaan baru (AKB) diantaranya dengan memberikan stimulasi pada masyarakat agar melakukan spending dengan pemberian tunjangan 600 ribu per bulan bagi karyawan swasta bergaji dibawah 5 juta selama 4 bulan, dan sebagainya.

Presiden Jokowi pada sidang tahunan MPR dan sidang bersama DPR-DPD dalam peringatan 75 tahun Kemerdekaaan RI, mengajak kita semua untuk memecahkan masalah fundamental yang kita hadapi, dengan melakukan lompatan besar untuk kemajuan signifikan, dan kita harus bajak momentum krisis ini.

Apa masalah fundamental, berikut sebagian kutipannya “Inilah saatnya kita membenahi diri secara fundamental, melakukan transformasi besar, menjalankan strategi besar. Strategi besar di bidang ekonomi, hukum, pemerintahan, sosial, kebudayaan, termasuk kesehatan dan pendidikan. Saatnya kita bajak momentum krisis untuk melakukan lompatan-lompatan besar. Pada usia ke-75 tahun ini, kita telah menjadi negara Upper Middle Income Country. 25 tahun lagi, pada usia seabad Republik Indonesia, kita harus mencapai kemajuan yang besar, menjadikan Indonesia Negara Maju“.

Catatan saya sebagai masyarakat awam, pidato Presiden menurut saya sangat normatif, sebenarnya saya berharap pidato pak jokowi bisa lebih tajam dengan focus dan tahapan-tahapannya dan target-target pencapaiannya dalam timeframe periode kepemimpinan Pak jokowi, artinya sampai 2024. Jangan sampai semua ingin dicapai semua tapi malah tidak fokus. 

Angka-angka korupsi yang besar juga tidak muncul dan tidak disinggung padahal korupsi adalah salah satu yang merusak dan menggerogoti imunitas perekonomian kita. 

Kemandirian dan sector hulu ada disingung tapi masih sangat normatif saja. Prinsip kemandirian dan pemberantasan korupsi mutlak harus menjadi prioritas karena jika keduanya berhasill, daya tahan (imunitas) perekonomian kita akan kuat. Jangan sampai kita terjebak dalam retorika-retorika bombastis yang kurang terukur dan tidak realistis yang demikian sering kita dengar.

Catatan lain dari saya adalah kita harus bisa belajar menjadi bangsa yang realistis dan bisa bersabar, tidak bisa sebuah keberhasilan dan kemajuan drastis dicapai dengan cara-cara instan, diperlukan tahapan yang realistic, saat ini sementara mungkin tertinggal dari negara lain- tidak apa-apa, tetapi dalam 15-20 tahun kedepan barangkali kita bisa sejajar dengan mereka- misalnya dibidang pendidikan dasar dan menengah kita.

Semoga, peringatan 75 Tahun Indonesia Merdeka bisa menjadi momentum untuk melakukan berbagai perbaikan agar Indonesia bisa menjadi bangsa penyabar dan realistis dalam merencanakan dan melaksanakan pembangunan bangsa, tidak selalu terburu-buru untuk mencapai sebuah hasil pembangunan ingin dicapai, para pejuang perintis kemerdekaan telah memberikan contoh untuk itu dalam perjuangannya menuju Indonesia merdeka. Dirgahayu Republik Indonesia!

Wallahu A’lam Bishawab (SR-Swasta, Tinggal Di Jakarta)

Ref. web kemdikbud, historia.id,Wikipedia, dan berbagai media umum

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun