Mohon tunggu...
Subagiyo Rachmat
Subagiyo Rachmat Mohon Tunggu... Freelancer - ◇ Menulis untuk kebaikan (titik!)

(SR Ways) - Kita mesti peduli dengan sekeliling kita dan bisa berbagi sesuai kapasitas, kadar dan kemampuan masing-masing sebagai bagian dari masyarakat beradab.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Prabowo, PS I Love You!

15 Agustus 2020   17:50 Diperbarui: 15 Agustus 2020   17:50 289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Mengutip salah satu judul lagu yang hits pada tahun 1960-an dari The Beatles group band legendaris asal Liverpool Inggris, PS I Love You- Namun tulisan singkat ini tentu tak ada kaitannya dengan group band tersebut namun lirik-lirik dalam lagu tersebut mungkin saja ada yang sesuai bagi sebagian masyarakat kita dalam konteks terpilihnya kembali Prabowo Subianto (PS) sebagai ketum Partai Gerindra untuk periode 2020-2025. As I write this letter- Send my love to you-Remember that I'll always-Be in love with you …… P.S. I Love You! ( The Beatles)

Baru-baru ini ramai menjadi berita yang (tidak) begitu mengejutkan- Prabowo terpilih kembali menjadi Ketua Umum Gerindra pada Kongres Luar Biasa (KLB) 8/8/2020 yang baru lalu. Hal ini kembali menjadi perbincangan di masyarakat dengan beragam kementar khas masyarakat maupun berbagai analisis politik para pengamat.

Terpilihnya kembali PS menjadi ketum Gerindra menunjukan Gerindra telah gagal melakukan kaderisasi di dalam partai (fenomena khas partai-partai politik di Indonesia), dan semakin jelas arah pencapresan Prabowo di 2024, ada juga yang melihat dari sisi keluwesan dan pragmatisme PS dalam berpolitik, disamping juga ambisi pribadi.

Soal fatsoen politik juga menjadi catatan karena bagaimanapun PS sudah tiga kali mengikuti kontestasi Pilpres dan gagal, terlepas dari berbagai kualitas dan kapasitas pribadi sudah sepantasnya untuk lebih mendorong kader yang lebih muda menggantikannya, dan memberi kesempatan kepada tokoh-tokoh muda potensial bangsa- cukup PS menjadi the king maker. Tapi disisi lain keterpilihan kembali PS menjadi Ketum Gerindra tentu tidak terlepas dari konteks dan dinamika politik nasional saat ini menuju kontestasi 2024- kalau kita lihat kedekatan PS dengan Mbak Mega dan Jokowi- juga diinamika dalam partai PDIP sendiri menyangkut tokoh-tokoh masa depan partai, sepertinya ada benang merah keterkaitan.

PS dan Gerindra.
Partai Gerindra didirikan oleh PS dan kawan-kawan pada 2008. Sejak awal berdirinya PS memang menjadi tokoh sentral Partai yang didirikannya walau yang menjadi ketumnya pada waktu itu adalah Profesor Suhardi sampai beliau wafat pada 2014.

Profesor Suhardi berhasil mengawal sebuah partai baru secara organisatoris sehingga menjadi partai yang menasional dan diterima masyarakat dengan kesederhanaannya, tanpa dirinya terlihat menonjol. PS sejak itu mulai menawarkan ide-ide dan konsep kemandiran pertanian, dan sebagainya yang sangat gamblang dan menarik publik melalui tayangan-tayangan di televisi yang sangat gencar dan dalam kurun waktu yang panjang.

Penerimaan masyarakat terhadap Partai Gerindra sebagai pendatang baru terkonfirmasi dengan perolehan suara pada pemilu Legislatif 2009 4.5% ( 8 besar), kemudian  Pada 2014 11.81% masuk 3 besar dibawah PDIP dan Golkar. Pada Pemilu Legislatif 2019  Gerindra berhasil masuk 2 (dua) besar dengan perolehan suara 12.57% dibawah PDIP  yang memperoleh 19.33%. Gerindra kini sudah melampaui partai-partai yang lebih senior di urutan berikutnya Golkar 12,31%, PKB 9,69 %, NasDem 9,05 %, PKS 8,21%, Demokrat 7,77 %, 6,84 % dan PPP 4,52 %.

Pada perhelatan Pilpres, PS sudah mulai masuk dalam kontestasi pada 2009 sebagai Cawapres menjadi pasangan Capres Mbak Mega ( SBY-Boediono pemenang), kemudian pada 2014 menjadi Capres berpasangan dengan Cawapres Hatta Rajasa (Jokowi-JK pemenang) dan yang masih hangat pada Pilpres 2019 kembali menjadi Capres berpasangan dengan Sandiaga Uno ( Jokowi-Ma’ruf Amin pemenang) - dalam ketiga kontestasi pilpres tersebut PS tidak berhasil memenangkannya. Tapi dinamika politik yang berkembang, PS justru mengambil langkah mengejutkan dengan bergabung dalam kabinet Jokowi-Ma’ruf Amin menjadi Menteri Pertahanan- oleh sementara kalangan dianggap aneh, tidak lazim dan kontroversial- masyarakat tentu tidak tahu persis alasan sebenarnya dibalik langkah tak lazim PS tersebut sehingga menimbulkan spekulasi dan analisis beragam.

Walaupun tidak dipungkiri masuknya PS ke dalam kabinet Jokowi jillid-2 cukup menurunkan tensi politik di akar rumput yang sangat tinggi paska pilpres 2019.

Kontestasi Politik 2024.
Sisa-sisa laskar pajang para tokoh kontestan Pilpres 2004-2019 bisa dipastikan tidak akan lagi ikut dalam kontestasi Capres 2024, kecuali mungkin PS. Mbak Mega sudah memberikan sinyal kuat untuk memberi kesempatan kepada Putri Mahkota Puan Maharani yang sudah terlihat siap menggantikannya, demikian pula SBY- sejalan dengan menurunnya pamor dan popularitasnya terbukti dengan menurunnya secara tajam perolehan suara Partai Demokrat dalam 2 (dua) kali pemilu legislative terakhir 2014 dan 2019 sudah memberikan tongkat estafet kepemimpinan Partai Demokrat kepada Putra Mahkota AHY. Jokowi sudah dua kali terpilih sehingga tidak bisa lagi mencalonkan diri pada kontestasi Pilpres 2024, putra dan keluarga Jokowi masih dalam pengkaderan di level Pilkada .

Bagaimana dengan tokoh-tokoh dan partai-partai lain? 
Surya Paloh dan Partai Nasdem dengan kekuatan media-nya sepertinya belum juga menemukan performa terbaik dalam kontestasi politik Nasional maupun dalam pengkaderan tokoh dari internal partai, Nasdem terlihat sedang mulai menjalin komunikasi dengan tokoh-tkoh muda potensial untuk 2024. Demikian pula dengan PAN, PKB, PPP terlihat masih stagnan belum berhasil melahirkan kader-kader yang siap untuk kontestasi Pilpres 2024. Wiranto dan Hanura juga ibarat lilin sudah meredup baik partai maupun ketokohan Wiranto.

PKS adalah partai kader yang militan dengan perolehan suara dalam pemilu legislative cukup stabil- merupakan warna khas dalam perpolitikan tanah air, merupakan partai “oposisi” paling konsisten, sayang belum juga berhasil melahirkan tokoh pemimpin yang menonjol. Golkar partai yang paling berpengalaman belum juga beranjak dari krisis kader untuk calon pemimpin nasional yang menonjol

Siapa Kandidat Kuat 2024?
Sebenarnya masih absurd untuk mengatakan siapa para kandidat untuk Capres 2024, mengingat masih jauh juga jika kita lihat dari hasil survei lembaga-lembaga survei disinyalir seringkali ada bias kepentingan -sehingga menjadi semacam iklan atau penggiringan opini bagi tokoh yang diisebut agar masyarakat mempunyai persepsi tertentu terhadap tokoh-tokoh tersebut- walaupun tentu tidak semua lembaga survei dikesankan seperti itu.

Seperti yang sama-sama kita baca baik di media-media maupun obrolan di masyarakat, saat ini sepertinya sudah mulai muncul beberapa tokoh yang diperkirakan akan menjadi tokoh kuat dalam kontestasi Capres-Cawapres 2024, mereka adalah Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, Ridwan Kamil, Prabowo Subianto, Puan Maharani- mungkin inilah yang dirasa terkuat saat ini untuk bayangan 2024, dengan berbagai pertimbangan ketokohan, kemungkinan dukungan partai dan pengalaman. Untuk membuat simulasi tentu bukan hal yang mudah mengingat 2024 masih jauh, sehinggak konstelasi politik masih sangat cair dan sangat mungkin berubah.

Posisi Unik Para Tokoh.
Di antara para tokoh populer saat ini untuk 2024, ada beberapa tokoh yang mempunyai hubungan khas secara politik, misalnya Puan Maharani dan Ganjar Pranowo dimana keduanya adalah kader PDIP dalam hal ini faktor mbak Mega sudah pasti sangat sentral, dan Puan Maharani yang mempunyai “darah biru” trah Soekarno merupakan hal yang sangat dipertimbangkan, walaupun mbak Mega juga tetap mempertimbangkan suara masyarakat-seperti yang terjadi pada pencapresan Jokowi 2014 yang akhirnya mbak Mega Legawa untuk tidak maju menjadi capres.

Kemudian antara PS dan Anies Baswedan, keduanya berada dalam kubu yang sama dalam polarisas politik yang tajam sejak Pilgub DKI sampai Pilpres 2019, sehingga jika (jika) keduanya menjadi Capres yang berhadapan tentu ini sangat menarik- dan juga tak terbayangkan misalnya pasangan Prabowo-Puan dicalonkan Gerindra dan PDIP vs Anies yang dicalonkan PKS dan Nasdem- pasti akan terjadi perubahan dalam konstelasi politik secara besar-besaran baik di kalangan elit maupun masyarakat.  

Apakah Prabowo Masih berniat maju dalam kontestasi Pilpres 2024?
Nada-nadanya sih masih berniat, dengan pengalaman 3 (tiga) kali kalah dalam perhelatan Pilpres-tentu PS pasti ada kalkulasi lain mengapa dia masih berniat maju pada 2024.

Dalam negara demokrasi tentu adalah hak masing-masing individu dalam berpolitik, apalagi untuk mengabdi demi bangsa dan negara. Namun, jika saya adalah penasehat spiritual politik PS-mungkin (mungkin) akan saya nasehatkan kepada beliau (PS) dengan segala hormat dan kemuliaan agar beliau mengurungkan niat keinginan maju dalam kontestasi Pilpres 2024, berikan kesempatan itu kepada tokoh-tokoh lain yang lebih muda negeri ini untuk mengabdi kepada bangsa dan negara dalam tampuk kepemimpnan nasional, saya yakin beliau (PS) dengan segala kapasitasnya masih banyak sekali mempunyai ruang pengabdian buat bangsa dan negara. PS (PostScript), I love you!  

Wallahu A’lam Bishawab ( SR-Swasta, Tinggal Di Jakarta)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun