Mengutip salah satu judul lagu yang hits pada tahun 1960-an dari The Beatles group band legendaris asal Liverpool Inggris, PS I Love You- Namun tulisan singkat ini tentu tak ada kaitannya dengan group band tersebut namun lirik-lirik dalam lagu tersebut mungkin saja ada yang sesuai bagi sebagian masyarakat kita dalam konteks terpilihnya kembali Prabowo Subianto (PS) sebagai ketum Partai Gerindra untuk periode 2020-2025. As I write this letter- Send my love to you-Remember that I'll always-Be in love with you …… P.S. I Love You! ( The Beatles)
Baru-baru ini ramai menjadi berita yang (tidak) begitu mengejutkan- Prabowo terpilih kembali menjadi Ketua Umum Gerindra pada Kongres Luar Biasa (KLB) 8/8/2020 yang baru lalu. Hal ini kembali menjadi perbincangan di masyarakat dengan beragam kementar khas masyarakat maupun berbagai analisis politik para pengamat.
Terpilihnya kembali PS menjadi ketum Gerindra menunjukan Gerindra telah gagal melakukan kaderisasi di dalam partai (fenomena khas partai-partai politik di Indonesia), dan semakin jelas arah pencapresan Prabowo di 2024, ada juga yang melihat dari sisi keluwesan dan pragmatisme PS dalam berpolitik, disamping juga ambisi pribadi.
Soal fatsoen politik juga menjadi catatan karena bagaimanapun PS sudah tiga kali mengikuti kontestasi Pilpres dan gagal, terlepas dari berbagai kualitas dan kapasitas pribadi sudah sepantasnya untuk lebih mendorong kader yang lebih muda menggantikannya, dan memberi kesempatan kepada tokoh-tokoh muda potensial bangsa- cukup PS menjadi the king maker. Tapi disisi lain keterpilihan kembali PS menjadi Ketum Gerindra tentu tidak terlepas dari konteks dan dinamika politik nasional saat ini menuju kontestasi 2024- kalau kita lihat kedekatan PS dengan Mbak Mega dan Jokowi- juga diinamika dalam partai PDIP sendiri menyangkut tokoh-tokoh masa depan partai, sepertinya ada benang merah keterkaitan.
PS dan Gerindra.
Partai Gerindra didirikan oleh PS dan kawan-kawan pada 2008. Sejak awal berdirinya PS memang menjadi tokoh sentral Partai yang didirikannya walau yang menjadi ketumnya pada waktu itu adalah Profesor Suhardi sampai beliau wafat pada 2014.
Profesor Suhardi berhasil mengawal sebuah partai baru secara organisatoris sehingga menjadi partai yang menasional dan diterima masyarakat dengan kesederhanaannya, tanpa dirinya terlihat menonjol. PS sejak itu mulai menawarkan ide-ide dan konsep kemandiran pertanian, dan sebagainya yang sangat gamblang dan menarik publik melalui tayangan-tayangan di televisi yang sangat gencar dan dalam kurun waktu yang panjang.
Penerimaan masyarakat terhadap Partai Gerindra sebagai pendatang baru terkonfirmasi dengan perolehan suara pada pemilu Legislatif 2009 4.5% ( 8 besar), kemudian  Pada 2014 11.81% masuk 3 besar dibawah PDIP dan Golkar. Pada Pemilu Legislatif 2019  Gerindra berhasil masuk 2 (dua) besar dengan perolehan suara 12.57% dibawah PDIP  yang memperoleh 19.33%. Gerindra kini sudah melampaui partai-partai yang lebih senior di urutan berikutnya Golkar 12,31%, PKB 9,69 %, NasDem 9,05 %, PKS 8,21%, Demokrat 7,77 %, 6,84 % dan PPP 4,52 %.
Pada perhelatan Pilpres, PS sudah mulai masuk dalam kontestasi pada 2009 sebagai Cawapres menjadi pasangan Capres Mbak Mega ( SBY-Boediono pemenang), kemudian pada 2014 menjadi Capres berpasangan dengan Cawapres Hatta Rajasa (Jokowi-JK pemenang) dan yang masih hangat pada Pilpres 2019 kembali menjadi Capres berpasangan dengan Sandiaga Uno ( Jokowi-Ma’ruf Amin pemenang) - dalam ketiga kontestasi pilpres tersebut PS tidak berhasil memenangkannya. Tapi dinamika politik yang berkembang, PS justru mengambil langkah mengejutkan dengan bergabung dalam kabinet Jokowi-Ma’ruf Amin menjadi Menteri Pertahanan- oleh sementara kalangan dianggap aneh, tidak lazim dan kontroversial- masyarakat tentu tidak tahu persis alasan sebenarnya dibalik langkah tak lazim PS tersebut sehingga menimbulkan spekulasi dan analisis beragam.
Walaupun tidak dipungkiri masuknya PS ke dalam kabinet Jokowi jillid-2 cukup menurunkan tensi politik di akar rumput yang sangat tinggi paska pilpres 2019.
Kontestasi Politik 2024.
Sisa-sisa laskar pajang para tokoh kontestan Pilpres 2004-2019 bisa dipastikan tidak akan lagi ikut dalam kontestasi Capres 2024, kecuali mungkin PS. Mbak Mega sudah memberikan sinyal kuat untuk memberi kesempatan kepada Putri Mahkota Puan Maharani yang sudah terlihat siap menggantikannya, demikian pula SBY- sejalan dengan menurunnya pamor dan popularitasnya terbukti dengan menurunnya secara tajam perolehan suara Partai Demokrat dalam 2 (dua) kali pemilu legislative terakhir 2014 dan 2019 sudah memberikan tongkat estafet kepemimpinan Partai Demokrat kepada Putra Mahkota AHY. Jokowi sudah dua kali terpilih sehingga tidak bisa lagi mencalonkan diri pada kontestasi Pilpres 2024, putra dan keluarga Jokowi masih dalam pengkaderan di level Pilkada .
Bagaimana dengan tokoh-tokoh dan partai-partai lain?Â
Surya Paloh dan Partai Nasdem dengan kekuatan media-nya sepertinya belum juga menemukan performa terbaik dalam kontestasi politik Nasional maupun dalam pengkaderan tokoh dari internal partai, Nasdem terlihat sedang mulai menjalin komunikasi dengan tokoh-tkoh muda potensial untuk 2024. Demikian pula dengan PAN, PKB, PPP terlihat masih stagnan belum berhasil melahirkan kader-kader yang siap untuk kontestasi Pilpres 2024. Wiranto dan Hanura juga ibarat lilin sudah meredup baik partai maupun ketokohan Wiranto.