Yogyakarta - kegagalan seringkali dianggap sebagai hal yang menentukan kisah hidup seseorang, contohnya bagi Zaidaan Mulyaman. Pria yang akrab dipanggil Ewok ini adalah remaja asli Balikpapan yang sempat gugur dalam seleksi calon polisi, zaidaan memilih jalan lain dan kini menjadi pemadam kebakaran yang tangguh.
Zaidaan bilang, tidak mudah baginya untuk lolos menjadi anggota Polri. Zaidaan selalu bermimpi menjadi polisi sejak dia masuk ke Sekolah Menengah Atas (SMA). Ia menganggap profesi tersebut sebagai panggilan jiwa untuk melayani dan melindungi masyarakat. Namun, seleksi yang ketat dan persaingan yang sengit membuat Zaidaan gugur dalam proses seleksi.
Kegagalan tersebut tidak membuat Zaidaan putus asa. Ia memilih untuk berkuliah terlebih dahulu di Universitas Terbuka dengan mengambil Jurusan Manajemen. Selama kuliah, ia merasa kurang puas karena kegagalan ia di awal tersebut.
"Keinginan menjadi Polisi sudah ada sejak saya masih di kelas satu SMA, saya pernah mengikuti seleksi Polisi waktu lulus SMA namun gugur, lalu saya lanjut kuliah untuk mengisi kekosongan harian saya," ujar Zaidaan sang pemadam kebakaran.
Selama menjalani keseharian ia kuliah, Zaidaan merasa bahwa ia ingin lebih dari ini, Zaidaan masih mempunyai mimpi yang lain. Dia ingin melakukan sesuatu yang berguna tidak hanya belajar di kuliah. Ia mulai mencari alternatif karir yang masih sejalan dengan keinginannya untuk melayani masyarakat. Saat itu, Zaidaan berpikir kenapa ia tidak menjadi seperti ayahnya yang seorang pemadam kebakaran.
Zaidaan langsung mendaftar dan menjalani proses seleksi yang tidak kalah ketat. Ia teringat dengan kegagalan saat di mencoba untuk menjadi polisi. Ia merasa bahwa kesempatan ini ia tidak boleh gagal, ia harus fokus dan serius dalam tes ini. Banyak tes-tes yang harus ia lalui seperti, tes fisik, psikologi, wawancara dan lainnya. Berkat keseriusan dan semangatnya, zaidaan lolos seleksi dan menjadi pemadam kebakaran.
"Alhamdulillah saya lolos seleksi, jika ditanya kenapa saya tidak mendaftar pemadam sejak lulus SMA karena saya belum pernah kepikiran dan juga awal mula saya jadi pemadam itu karena ayah saya, saya termotivasi karna ayah seorang petugas pemadam, pekerjaan yang mulia karna saling menolong ke orang yang membutuhkan maupun dalam keadaan darurat," tambah dia.
Proses seleksi tidak mudah. Ia harus menghadapi latihan fisik dan mental yang berat, bahkan lebih sulit daripada yang ia alami saat mendaftar polisi. Namun, di tengah tantangan itu, Zaidaan mulai merasakan sesuatu yang berbeda. Ia menemukan kebahagiaan dalam kerja tim, kegembiraan membantu orang lain, dan rasa bangga saat mampu mengatasi ketakutannya sendiri.
Ia mengatakan, meski tak bisa lolos daftar anggota Polisi namun ia sangat bersyukur bisa lolos menjadi pemadam kebakaran. Sebagai pemadam kebakaran, Zaidaan telah menghadapi berbagai situasi darurat, seperti kebakaran rumah, menangkap ular, membasmi sarang lebah halaman rumah warga, tidak hanya itu saja biasanya Zaidaan juga mengevakuasi warga yang sedang mengalami bencana banjir di suatu daerah dan banyak sittuasi lainnya.
"Setiap situasi darurat adalah tantangan baru bagi saya, dan juga saya mendapatkan banyak pengalaman di bidang apapun baik dalam lingkup kerja maupun kehidupan sehari hari, lebih banyak bersosialisasi dan membantu sesama," kata Zaidaan lagi.
Saat pertama kali terju ke lapangan, Zaidaan memadamkan kebakaran di salah satu rumah warga, melihat sebuah rumah kecil itu membuat Zaidaan sadar akan pentingnya pekerjaan ini. Ia melihat keluarga yang menangis bahagia karena berhasil diselamatkan. Dalam momen itu Zaidan menyadari suatu hal yang mengubah hidupnya dan saat itu ia merasa bahwa ini adalah panggilan hidupnya.
"Menjadi Pahlawan tidak membutuhkan gelar tertentu. Jadi pemadam itu seru boy," ujar zaidan.
Sejak hari itu, Zaidaan bekerja tanpa perlu mengingat bahwa awalnya bukan hal ini yang dia mau. Namun ia tidak hanya memadamkan api yang membakar bangunan, tetapi juga menyulut semangat dan harapan di hati banyak orang.
Zaidaan berharap kisahnya dapat menginspirasi orang lain yang mengalami kegagalan. Zaidaan terus mengabadikan dirinya sebagai pemadam kebakaran. Ia menyadari bahwa menjadi keren tidak selalu harus mengenakan seragam polisi. Setiap kali menyelamatkan nyawa atau membantu masyarakat, ia merasakan kepuasaan dan kebanggaan yang luar biasa.
"Jangan pernah menyerah, kegagalan bukanlah akhir dari segalanya. Teruslah berjuang dan mencari peluang baru," ujar Zaidaan.
Kisah Zaidaan Mulyaman membuktikan bahwa kegagalan tidak menentukan kesuksesan seseorang. Dengan semangat dan ketekunan, kita dapat bangkit dari kegagalan dan mencapai tujuan yang lain. Gugur bukan berarti gagal.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H