Mohon tunggu...
Suasti Ngh
Suasti Ngh Mohon Tunggu... -

Kecanduan Detektif Conan dan Harry Potter. Doyan dengan segala hal berbau matematika ^_^

Selanjutnya

Tutup

Puisi

JODOH

1 April 2011   10:37 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:13 478
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Dan semua itu dengan sukses telah mengaburkan duniaku sekali lagi. Membuatku berada dalam jurang kebimbangan, kenapa aku harus berhadapan dengamu lagi? Aku masih tetap menepis semua tentang dirimu, kupikir itu cukup berhasil, karena akhirnya aku berhasil merindukan seseorang selain dirimu. Aku pikir aku sedang jatuh cinta lagi.

'Apakah kau percaya dengan jodoh?'

"Apa mungkin kau jodohku, dan suatu hari kita bisa bersama."

Dan di sanalah aku berdiri di penghujung triwulan pertama tahun ini, di depan Padma memandang pada simpol Acintya, simbol kebesaran-NYA. Aku melakukan sebuah perjanjian yang aku sepakati secara sepihak dengan Tuhan. Aku dengan tulus memejamkan mataku, meminta Dia menunjukkan tanda, jika kau memang jodohku.

"Tuhan, jika dia memang jodoh untukku, berikan aku sebuah tanda. Jika hari ini dia menghubungi aku lebih dulu dan mengucapkan satu kata saja "Any" ku anggap Kau merestui kami, ku anggap dialah jodohku. Aku akan menunggu hingga hari ini habis. Jika dia memang jodoh yang kau beri untukku, aku akan menunggunya sampai kapanpun juga, walaupun hari ini aku belum bisa bersamanya."

Jika kau bisa melihatku, kau pasti akan dapat melihat begitu banyak air mata yang tertahan di mataku. Aku sudah mencoba membendungnya sedari tadi. Tanggal 31 Maret akan berakhir 30 menit lagi dan aku tidak menemukan tanda-tanda kau akan menghubungiku. Aku tetap bertahan untuk sisa hari ini, bertahan menunggu kau menghubungiku. Sungguh, sangat menyakitkan saat kau menggantungkan semua harapanmu untuk bisa mencintai seseorang pada detak-detak jam di dinding. Dan aku menangis, saat suara dentangnya bergema 12 kali, entah mengapa langit juga mendukungku, langit menangis bersamaku.

Ku anggap semua telah berakhir saat itu. Kau bukan jodohku, kita tak berjodoh dan pertemuan serta cinta yang kita rasakan saat itu bukan karena kau jodohku, ku anggap semua hanya kebetulan saja. Ada tangan lain yang mengulur untuk menggandengku melangkahkan kaki di jalan setapak berbatu ini. Aku tak ingin bermain spekulasi kali ini. Aku ingin mencintai cintaku bukan karena aku yakin dia jodohku, tapi karena aku yakin saat aku mencintainya dengan tulus, ada ketulusan cinta dalam genggaman tangannya. Tak perduli dia jodohku atau bukan. Semoga kau menemukan sesorang yang benar-benar bisa mencintaimu dengan tulus, dan ku yakin itu bukan aku.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun