Banten yang belum memahami betul arti kebudayaan. Kebudayaan seringkali dipahami dalam ruang lingkup yang sempit, padahal kebudayaan itu memiliki makna luas dan tak terbatas.
Faktanya masih banyak orangKesalahan dalam memahami kebudayaan oleh  masyarakat Banten bisa ditemukan pada saat berbicara tentang kebudayaan itu sendiri, yaitu mereka seringkali memahami kebudayaan terbatas pada kesenian, alat musik dan tari-tarian.
Fenomena pemikiran seperti itu bahkan sering kita jumpai diberbagai lingkungan sosial di Banten, bahkan terjadi pula di lingkungan pendidikan. Mirisnya pemahaman keliru tersebut mereka wariskan kepada murid-muridnya.
Kesalahan berikutnya dapat ditemukan pada ungkapan yang mengatakan bahwa orang Banten bahasanya kasar. Masih sering terdengar di telinga kita ketika mengatakan "aing" (aku) mereka menganggap kita berkata kasar.
Ungkapan itu juga semakin memperlihatkan bahwa adanya ketidakpahaman dalam memahami kebudayaan. Mereka mengatakan gunakanlah bahasa sunda yang lemas/lemes, seperti bahasa masyarakat Jawa Barat seperti Bandung, dan Garut. Ini tentu kesalahan besar yang bisa membuat bahasa Banten punah.
Melihat hal itu, banyak orang yang salah kaprah dalam memahami kebudayaan, bahkan didalam lembaga pendidikan. Misalnya, pernah suatu ketika saya mendengar seorang pendidik berkata, bahwa kebudayaan tidak ada kaitannya dengan pembelajaran.
Saya merasa heran, bahkan dalam hati seraya ingin meluruskannya, tapi saya berusaha bersabar agar menemukan waktu yang pas. Namun, dalam hati saya berkata, padahal pendidikan itu bagian dari proses untuk mempelajari kebudayaan dan menciptakan kebudayaan.
Makna yang Tak Terbatas
Kebudayaan memiliki makna yang luas. Kebudayaan bukan hanya kesenian, kebudayaan juga bukan sekedar upacara keagamaan. Tapi kebudayaan adalah segala sesuatu yang dihasilkan oleh akal melalui proses belajar.
Mengutip pengertian dari ahli antropologi Koentjaraningrat, bahwa kebudayaan asal suku katanya "budhayah," yaitu "budhi" artinya akal dan "daya" artinya kekuatan, maka budaya artinya kekuatan akal pikiran.
Lebih lanjut, Kontjaraningrat mengatakan budaya artinya hasil cipta, rasa dan karsa manusia. Dengan demikian, yang dimaksud kebudayaan adalah segala sesuatu yang dihasilkan oleh akal pikiran atau melalui proses berpikir dan bisa dipelajari maka budaya.