Kuntowijoyo dalam bukunya Pengantar Ilmu Sejarah (2018:7) mengatakan mitos sama-sama menceritakan masa lalu, tapi sejarah berbeda dengan mitos. Mitos menceritakan masa lalu dengan: (1) waktu yang tidak jelas; (2) kejadian yang tidak masuk akal.Â
Contoh: Dalam Babad Tanah Jawa disebutkan bahwa Raja-Raja Mataram adalah keturunan para Nabi di satu pihak dan keturunan tokoh wayang dipihak lain. Demikian juga dari Sunda, ada cerita Dayang Sumbi yang bersumpah akan mengawini siapa saja yang sanggup mengantarkan jarum yang terjatuh.
Perempuan itu harus menikah dengan seekor anjing, karena binatang itulah yang sanggup membawakan jarum padanya. Kejadian-kejadian dalam mitos ini tidak masuk akal, sekalipun dipercayai sebagai kejadian yang sungguh-sungguh terjadi di masa lalu.Â
Sejarah bukan sekedar masa lalu, tapi sejarah adalah rekonstruksi masa lalu. Jangan membayangkan bahwa membangun kembali masa lalu itu untuk kepentingan masa lalu itu sendiri. Tidak! Itu antikularisme dan bukan sejarah. Lalu bagaimana sesuatu itu dapat dikatakan sejarah,?Â
Masih mengutip dari bukunya Kuntowijoyo (2018:46), menurut saya ada 5 hal agar masa lalu itu bisa dikatakan sebagai sejarah. (1) Empiris; (2) mempunyai objek; (3) mempunyai teori; (4) mempunyai generalisasi dan (5) mempunyai metode. Â
Pertama, ejarah harus Empiris, kata ini berasal dari bahasa Yunani yaitu empeiria yang artinya pengalaman. Sejarah sangat bergantung pada pengalaman manusia.Â
Kedua, sejarah harus mempunyai objek. Kata objek berasal dari bahasa Latin "Objectus" yang berarti yang dihadapan, sasaran, atau tujuan. Jelas, bahwa sejarah itu harus memiliki objek untuk dijadikan pengamatan.
Ketiga, sejarah harus mempunyai teori. Teori berasal dari bahasa Yunani "theoria" yang berarti "renungan". Sama seperti ilmu lain, sejarah juga mempunyai teori pengetahuan. Teori pada umumnya berisi suatu kumpulan tentang kaidah pokok suatu ilmu.Â
Keempat, mempunyai generalisasi. Kata ini berasal dari bahasa Latin "generalis" yang berarti "umum". Sama dengan ilmu lain, sejarah juga menarik kesimpulan-kesimpulan umum.Â
Terakhir atau kelima, ialah mempunyai metode, Â atau cara. Sejarah memiliki metode sendiri yang menggunakan pengamatan. Kalau ternyata suatu pernyataan tidak didukung oleh bukti-bukti sejarah maka pernyataan itu ditolak.Â
Contoh, seperti tadi dalam kasusnya Ustad Adi Hidayat di atas. Sebetulnya pernyataan Ustad Adi Hidayat bisa dikatakan benar apabila memenuhi syarat-syarat ini, diantaranya seperti bukti-bukti sejarah yang cukup.Â