Mantan Presiden Republik Indonesia Abdurrahman Wahid atau biasa disebut Gus Dur pernah mengkritik Perdana Menteri Singapura Lee Kuan Yew yang dinilainya terlalu provokatif dan mencampuri urusan dalam negeri Indonesia. Kritik itu disampaikan oleh Almarhum Gus Dur pada saat ia menghadiri sebuah acara Tabligh Akbar di Desa Kabesen Kabupaten Tegal, Jawa Tengah pada tahun 2022.
Gusdur mengkritik soal pandangan Lee yang stereoripe dan agak misleading terhadap Islam Sunni di Indonesia. Dengan berani, Gus Dur bahkan mengecam akan mengerahkan masa untuk berdemonstrasi di Singapura jika Menteri Senior itu tetap mencampuri urusan dalam negeri Indonesia.
Pada waktu itu, kata Gus Dur Pemerintah juga harus berani menunjukkan sikap tegas atas tudingan pedas Lee. "Itu akan memperlihatkan kepada dunia internasional bahwa Indonesia negara berdaulat yang menentang segala bentuk terorisme," katanya dikutip dari Liputan6.com.
Meski demikian Gus Dur sadar akan pandangannya yang salah terhadap Islam di Indonesia, karena kurangnya pengetahuan Lee tentang dinamika dan perkembangan Islam di Indonesia. Gus Dur menegaskan, dirinya tak mempermasalahkan jika pernyataan Lee bahwa Indonesia sebagai sarang teroris hanya sebatas wacana.
Namun, jika mantan Perdana Menteri Singapura itu mencampuri urusan dalam negeri Indonesia, Gus Dur mengatakan dirinya tak akan tinggal diam. Karena itu, pernyataan Lee tersebut menurutnya mesti berdasarkan bukti-bukti hukum yang kuat.
Diketahui sebelumnya, Gus Dur pernah mengingatkan PM Lee supaya tak semena-mena menuduh Indonesia sebagai sarang teroris. Bahkan, Gus Dur siap "mengaduk-aduk" Singapura, apabila Negeri itu campur tangan urusan dalam negeri Indonesia.
Sang Pemberani
Salah satu julukan untuk mengambarkan diri Gus Dur menurut penulis adalah Sang Pemberani. Pasalnya, Gus Dur yang juga dikenal sebagai bapak pluralisme ini selalu memiliki perhatian khusus terhadap perkembangan dunia internasional terutama soal konflik yang terjadi semasa ia hidup.
Seperti dikutip dari bukunya berjudul Islamku, Islam Anda dan Islam Kita, tanpa ragu Gus Dur juga pernah mengkritik invasi Amerika Serikat (AS) di Irak yang terjadi pada 20 Maret 2003 lalu. Gus Dur mengecam invasi tersebut yang kemudian AS berhasil menumbangkan rezim Saddam Hussein.
Gus Dur marah besar terhadap kekejian AS yang menyerang Irak secara brutal dan mengandalkan kekuatan multinasional, AS adalah negara adidaya dan Irak itu negara berkembang, sangat tidak adil dan timpang.
“Sebuah negara adikuasa telah memaksakan kehendak dan menginjak-injak hukum internasional untuk kepentingannya sendiri. Serangannya atas Irak mengabaikan peranan PBB melaui dewan keamanan,” kata Gus Dur dalam esainya yang dikutip dari gusdurian.net.
Gus Dur menyatakan bahwa dengan serangan AS ke Irak itu, makin penting bahwa etika global dan pemerintahan yang baik (good governance) hanya akan ada artinya kalau didasarkan pada dua hal: pertama, kedaulatan hukum dan keadilan dalam hubungan internasional.
Peperangan yang tidak seimbang itu memang berhasil menumbangkan rezim diktator Saddam Hussein. Bahkan dalam perkembangnya Saddam Hussein berhasil ditangkap hidup-hidup. Dikutip dari Gusdurian.net Saddam Hussein tertangkap penuh Ironi dan tragis. Mantan diktator Irak itu harus menemui ajalnya di tiang gantungan.
Gus Dur memiliki perhatian pada dinamika internasional yang sering terjadi. Gus Dur pernah memperkirakan masalah-masalah baru akan terus bermunculan, seiring dengan kondisi obyektif yang ada di Irak pasca pendudukan AS dan tantara di negeri Seribu Satu Malam itu.
Kita perlu bercermin pada pada diri Gus Dur, kita meilhat bagaimana sikap Gus Dur yang gandurung akan perdamaian, bukan hanya perdamaian dalam negeri tetapi juga perdamaian dunia.
Maka tak heran jika Gus Dur disebut-sebut simbol kebhinekaan. Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla pun pernah mengaku salut dengan pemikiraannya terutama ajakan Gus Dur dalam menjaga perdamaian dengan menghormati perbedaan.
“Saat negara-negara Islam di mana pun terjadi konflik, saat antar-agama terjadi konflik, pikiran-pikiran kemajemukan dan pluralisme dari Gus Dur selalu menjadi ingatan dan contoh keteladanan bagaimana membina bangsa,” kata JK saat Haol Gus Dur tahun 2015 yang dikutip dari nasionaltempo.co.
Gus Dur adalah seorang Bapak Perdamaian,Toleransi, dan Pluralisme. Ia menjadi simbol kebinekaan. Gus Dur pernah berpesan soal perdamaian yang menurut penulis masih relevan dengan kondisi sekarang ini. Salah satu pesannya berbunyi, "Yang sama jangan dibeda-bedakan, yang beda jangan disama-samakan,” demikian kata Gus Dur.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H