Mohon tunggu...
Suara Bidadari
Suara Bidadari Mohon Tunggu... -

Penulis fiksi. Maaf apabila ada kesamaan nama, tempat, dan alur cerita di dunia nyata. Semoga kisah-kisah fiksi disini memberi inspirasi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ini Sosok yang Mensabotase “Waduk” yang Bikin Ahok Teriak

4 Maret 2016   17:04 Diperbarui: 4 Maret 2016   17:19 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Ilustrasi Banjir (Sumber: yayasanpalung.blogspot.com)"][/caption]

Banjir di wilayahku masih belum usai. Termasuk macet yang justru kian parah. Padahal jani Ahok dalam kepemimpinannya dua hal itu akan tuntas dalam tempo setahun. Namun sudah mau selesai masa jabatannya, banjir dan macet belum juga tuntas. Yang ada justru banjir masih seperti tahun-tahun sebelumnya dan macet justru kian parah.

Berbagai dalih pun digulirkan oleh Ahok, termasuk kambing hitam. Banjir sebelumnya, Ahok menyalahkan pihak PLN. Banjir kali ini, Ahok mengkambinghitamkan pihak tertentu dengan alasan ada “sabotase”.

Rupanya, setelah saya dan tim menyelediki, rupanya ada permainan “politis” yang cukup cantik terkait Ahok dalam menyikapi banjir kali ini. Ahok musti mempertahankan imej, sehingga banjir kali ini untuk mencari kambinghitam tidak mudah. Sehingga dibuatlah skenario oleh Ahok bersama pengusaha hitam. Pengusaha hitam yang menjadi dibelakang layar Ahok ini, lalu merayu orang tertentu dan politisi yang kurang suka dengan Ahok. Rayuannya, biaya dari pengusaha hitamnya Ahok.

Namun, orang yang dirayu dan atau politisi yang tidak suka Ahok, tidak tahu bahwa pengusaha hitam tersebut yang merayunya adalah pengusaha hitamnya Ahok. Tujuannya, ketika scenario itu berhasil, lalu Ahok pura-pura teriak dan pura-pura bekerjasama dengan pihak aparat untuk pura-pura menyelidiki. Lalu ketahuanlah siapa pelakunya. Pencitraan Ahok pun makin wow!

“Don, aku butuh bantuan nih. Aku butuh pencitraan soal banjir Jakarta nih. Aku punya ide, gimana kalau bikin kambing hitam, Don?” tanya Ahok ke Don, si pengusaha hitam togel online, prostitusi kelas atas, sekaligus broker proyek infrastuktur.

“Haia, itu gampang diatur, Hok. Itu masalah kecil. Entar aku kumpulin beberapa pengusaha hitam lainnya. Itu si Liong, pengusaha hitam batu bara biasa ngasih-ngasih ke politisi musuhmu itu. Entar si Liong aja yang atur itu buat merayunya. Nah, entar Lo pura-pura lapor aparat. Aparat entar aku yang kasih jatahnya. Kan aparat itu anjing-anjing gue. Nah, entar kalau diselidiki, yang ketahuan kan musuhmu itu. Bagaimana, Hok?” balas Don ke Ahok

“Bagus-bagus itu, Don. Kamu entar aku kasih tempat pelacuran sampah yang barusaja aku bubarkan. Kamu bikin penghijauan atau apa terserah. Duit proyek entar aku bikin besar, kamu mainkan aja, aku cukup 3 persen aja, yang penting kamu tau lah, aku periode depan bisa mimpin wilayah ini lagi. Periode ke depan, baru kita habis-habisan. Aku bikin aturan perketat orang-orang miskin dan pengusaha-pengusaha yang kagak bantu gue. Dan aku buat ruang seluas-luasnya buat Lo dan temen-temen gue yang lain,” lanjut Ahok lagi.

“Oke, deal. Besok udah jalan itu,” pungkas si Don.

Bagaimana Skenarionya?

Nah, skenarionya adalah lagi-lagi membuat “kambing hitam”. Skenarionya, waduk dikirim sejumlah material. Nantinya Ahok pura-pura mengirim pegawainya untuk membersihkan waduk sembari diiringi sejumlah awak media.

Setelah itu, gegerlah dengan ditemukannya berton-ton material. Lalu Ahok pura-pura berteriak, ada pihak tertentu yang ingin mensabotase.

Kenapa Ahok Butuh Pencitraan?

Ahok butuh pencitraan, karena beberapa bulan lagi kursi kepemimpinan Ahok akan berakhir. Namun Ahok masih memiliki ambisi kuat untuk kembali menjadi orang nomor satu di tempatku. Sehingga trik dan intrik sebagai pemimpin sekaligus calon kandidat incumbent pun dilakukan secara matang dan terukur.

Di mulai dengan membuat pasukan relawan lapangan yang terdiri dari relawan KTP, relawan penggiring isu propaganda. Juga membangun struktur relawan media social atau yang dikenal dengan istilah buzzer, serta membangun koneksitas dengan sejumlah media.

Dalam membangun sistem relawan, Ahok menggunakan mekanisme jejaring terputus, yaitu menunjuk orang-orang tertentu untuk mendirikan atau merekrut para relawan yang siap bertempur yang tentunya para relawan akan mendapat gaji yang lumayan. Namun hanya relawan inti saja yang mendapatkan nikmat gaji lumayan, relawan berikutnya hasil jejaring melalui pendoktrinan melalui isu-isu yang disebar.

Bagi relawan yang terpancing melalui isu, adakalanya mereka mendapat gaji juga namun juga banyak hanya mendapat pujian saja atau dengan istilah kerennya apresiasi.

Untuk mengawal para relawan agar terukur, disediakan tempat-tempat yang agak mewah untuk aktivitasnya. Sesekali dibrifing di puncak Bogor, agar doktrinnya lebih mendalam.

Dana dalam menciptakan mesin relawan, Ahok juga menggunakan mekanisme terputus. Ahok bekerjasama dengan sejumlah pengusaha hitam kelas kakap, untuk membiayai para relawannya. Lalu pengusaha hitam menyewa orang tertentu untuk dibiayai agar menciptakan mesin relawan. Ahok pura-pura tidak tahu.

Pada sisi lain, Ahok juga melakukan komunikasi politik dengan sejumlah pimpinan partai, yang tujuannya apabila para relawannya tidak kuat membangun isu, para pimpinan partai yang didekati Ahok mau mengusung dirinya. Pun relawan Ahok dinilai sudah mencukupi, setidaknya sejumlah mesin partai yang didekati Ahok tetap turut membantu Ahok meskipun pura-pura tidak mengusungnya.

Dalam propaganda media, Ahok menggunakan teknik “geger media”. Seperti celetukan-celetukan yang bikin ramai di media, yang diikuti kebijakan-kebijakan paradoksal. Ahok akan menghantam warga kecil dengan istilah-itilah yang hiperbola atau dibesar-besarkan, namun tumpul ke atas.

Warga kecil, termasuk pegawai rendahan, akan disalah-salahkan. Namun pengusaha hitam justru akan diberi ruang seluas-luasnya. Preman-preman kecil dipangkas habis, namun preman-preman pengusaha kakap justru dipelihara agar para preman pengusaha kakap tetap mau mengucurkan sejumlah uangnya untuk pemenangan dirinya.

Tempat pelacuran kecil dibumi-hanguskan tanpa menggunakan pendekatan nilai-nilai kemanusiaan, tapi tempat pelacuran mewah justru dipelihara dengan alasan berizin dan sebagainya. Seakan warga kecil bukan untuk disejahterakan, melainkan untuk dibumihanguskan. Seperti prinsip komunis, yang menilai warga kelas bawah sebagai sampah.

Korupsi kecil pegawainya digembor-gemborkan, namun korupsi pengusaha hitam justru dipelihara. Sejumlah proyek besar di wilayahku, di desa Kartaja ini pun sudah jelas siapa dibelakangnya. Pun ada nama-nama pemenang tender itu orang baru atau tidak dikenal sebagai pengusaha hitam, namun dibelakang itu rupanya sosok pengusaha hitam.

Cantik permainan yang dimainkan kepala desa Kartaja, si Ahok ini.

 

*Cerita ini hanya fiktif belaka. Mohon maaf apabila ada kesamaan nama tempat, nama orang, ataupun kesamaan cerita di dunia nyata. Semoga kisahnya menginspirasi….

*)SumberIlustrasi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun