Dan Prinsip ketiga, immunity, artinya keputusan ekonomi harus disertai risk-manajement, pengambilan keputusan harus disertai analisis. Pengambilan keputusan risk management artinya memiliki jangkauan analisis dampak yang panjang, baik buruk ataupun baik bagi masyarakat.Â
Berdasarkan tiga prinsip tersebut, target ekonomi Thai dimulai dari hal kecil, yaitu kecukupan pangan masyarakat, baru menuju ekspor. Kecukupan ekonomi harus dirasakan ditiga level, mulai dari level terkecil hingga terbesar, yaitu keluarga, komunitas, dan nasional. Dalam level Asean, kaidah ekonomi "philosophy of sufficient economy" milik Thailand dipromosikan sebagai kearifan local Bangsa Thai.Â
Sesuai dengan yang dikenalkan oleh mantan Sekjen ASEAN, Surin menyatakan bahwa filsafat ekonomi Thailand menjadi landasan berdirinya Asean Economic Community tahun 2016. Filsafat ekonomi Thailand yang mengutamakan azas kecukupan, diaplikasikan dalam AEC dengan slogan "Caring and sharing society". Artinya didalam masyarakat ASEAN, anggota komunitas tidak akan saling mengeksploitasi sesama dan menghambur-hamburkan sumber daya alam. Masyarakat ekonomi ASEAN juga harus memiliki imunitas terhadap dampak perubahan global dan perubahan politik-ekonomi internasional.
Voravidh memberikan contoh ketahanan ekonomi Thailand yang berlandaskan filsafat "sufficient economy" dengan peristiwa Asia Crisis tahun 1997. Pada masa 1997, ketika industri Asia terkena perubahan ekonomi global, pekerja pabrik Thai dapat bertahan dan mengolah lahan pertaniannya.Â
Meski indutri kota terimbas krisis 1997, tetapi sektor pertanian dipedesaan  masih tetap bertahan, menyelamatkan kantong pangan Thai. Landasan utama AEC, jika ingin belajar dari Thailand adalah kecukupan diri atau bisa berdikari didalam kosa kata yang diciptakan oleh bung Karno di Indonesia.
Melalui filsafat ekonomi kecukupan diri ala Thai maka AEC  akan difokuskan pada prinsip "sustainable growth" dan "reduce proverty gap". AEC hingga saat ini juga  tidak boleh menerima mentah-mentah 2 konsep kapitalisme global tanpa mempertimbangkan kerusakan nilai local, terutama lingkungan pada wilayah ASEAN.Â
Dengan kecukupan diri ini maka Sumber daya alam Thailand akan terjaga, masyarakatnya tidak serakah dan investor dicegah untuk eksploitasi sumber daya alam. Ketika investor datang, tidak mudah terburu-buru dalam mengambil keputusan, dan selalu melihat kesejahteraan masyakat internal, dan lain-lain.
Target utama ekonomi dari AEC 2016, dengan berlandaskan prinsip dari Thailand, tidak melihat GDP, tapi target gap ekonomi harus diminimalisir. Karena dalam filsafat ekonomi ditekankan adalah keputusan, maka targetnya bukanlah quick move, tapi long term impact dalam menuju AEC.Â
Dalam kesimpulannya, ekonomi Thailand dalam menghadapi AEC Â adalah konservasi nilai dan kepentingan lokalitas dalam modernisasi. Dalam menghadapi AEC mulai 2016 hingga saat ini, 3 prinsip keputusan ekonomi Thailand, yaitu Moderation (cukup), Reasonabless (masukan akal), dan Risk Management (persiapan). Maka keputusan ekonomi dianggap sah jika ada knowledge (pengetahuan relevan dan terkoneksi), dan virtue (sabar, jujur, dan waspada).
Salah satu alasan mengapa di Thailand gerakan menabung sangat diuatamakan dan ditanamkan sejak usia dini. Karena prisnisp hutang dan investasi melebihi kapasitas tidak disarankan untuk dilakukan di dalam kacamata prinsip ekonomi Thailand. Kelebihan dari prinsip ekonomi ini adalah ide untuk memproduksi secara cukup untuk melindungi lingkungan dan menjaga jumlah sumber daya alam (SDA).Â
Produksi harus tepat sasaran dan diarahkan untuk komsumsi masyarakat internal terlebih dahulu, jika ada kelebihan, baru di ekspor. Dengan prinsip ini, maka Thailand siap menghadapi AEC, dan menghindar dari ancaman kelangkaan produksi serta kehabisan sumber daya alam dimasa depan. Inilah gambaran tentang nilai local dan prinsip ekonomi masyarakat Thailand dalam menghadapi AEC.