Mohon tunggu...
SUY ONO BRAM
SUY ONO BRAM Mohon Tunggu... Wiraswasta - Suka membaca saja

Lentera jiwa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Senyum Gadisku

2 April 2020   22:53 Diperbarui: 2 April 2020   23:06 319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : pexels photo

Suaminya meninggal karena kecelakaan mobil. Karena gadisku tidak  terlalu aktif di dunia medsos, maka aku mengandalkan Ningsih sebagai nara sumber tentang keberadaan nya. 

Sayangnya aku tidak bisa menghadiri pada waktu pemakaman. Ada urusan yang tidak bisa kutinggalkan.  Aku sedang bertaruh memperbaiki kualitas pendidikan dengan meneruskan S 2 dinegeri matahari terbit lewat seleksi beasiswa LPDP. Karena nasib berpihak, aku terpilih dan dinyatakan lolos untuk berangkat ke Jepang. Disaat menunggu jadwal terbang aku sempatkan bersilaturahmi ke rumah gadisku sekaligus melayat  mendiang suaminya.

" Ini diminum " seolah-olah dia tahu jalan pikiranku dan berusaha menghentikan sesaat, " Tidak terlalu manis kok, " selorohnya sambil tetap menjaga ritme senyumnya. Dan menurutku dia berusaha menutupi kedukaan sepeninggal suaminya atau bahkan membuangnya.  Aku hargai itu. Sebab hidup akan terus berlanjut, entah akan  menghadapi  apa lagi nantinya.

" Terimakasih, masih ingat minuman favoritku" sahutku sambil membenarkan posisi duduk. Dan dia hanya membalas, lagi - lagi dengan senyuman. Aduh biyung.....jadi salah tingkah nih. 

" Maaf baru bisa datang " inisiatifku untuk memulai pembicaraan. Karena aku merasa ada sesuatu yang sulit dijelaskan dari pertemuan kami ini. Namun aku tetap harus gentle dan menegaskan bahwa kedatanganku saat ini murni sebagai bentuk rasa empati dan simpati atas suasana duka yang menimpanya. Tidak lebih. 

Andaikan nanti ada sesuatu yang menggiring  untuk buka -bukakan tentang perasaan kami, rasanya butuh penyelesaian yang rumit, karena hatiku yang dulu kubiarkan kosong, lambat laun terisi dengan kehadiran senyuman wanita lain selain dia. Memang belum lama, tapi cukup memberi arti sekaligus menjadi pijakan untuk melangkah ke jenjang berikutnya. Apalagi kedua orang tuaku tak henti-hentinya mendorong mencari penggantinya. Sesekali ibuku ngledek dengan bahasa kekinian. 

" Kamu harus bisa move on dong Andi , tak baik memikirkannya terus " 

" Sabar ibu, nunggu bulan purnama datang " jawabku sekenanya. Aku belum terbuka perihal keberadaan gadis lain selain gadisku. Atau belum merasa yakin. Entahlah.

" Bukankah minggu - minggu kemarin sudah ada bulan purnama Bu," tukas bapak ke ibu serasa keheranan. Rupanya bapak ikut nyimak obrolan kami. Padahal bapak lagi asyik memainkan keyboard dengan alunan tembang Jawa.  

" Iya ini Andi kalau ngomong seenaknya sendiri " ibu seperti tidak puas dengan jawabanku.

" Aduh, kenapa ibu nggak mengingatkanku " candaku sambil pura - pura ikut nimbrung sama bapak menyanyikan lagu Gethuk. Kami selalu kompak dalam bermusik, karena saking seringnya mendengarkan bapak memainkan tembang - tembang jawa, aku pun ikut menikmatinya. Terkadang aku memainkannya sendiri. Aku suka tembang Mawar biru, Nyidam sari, dan Gethuk yang baru saja duet dengan bapak, dan banyak lagi yang lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun