Mohon tunggu...
Hsu
Hsu Mohon Tunggu... Administrasi - Seorang manusia biasa

Somewhere Only We Know

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sebuah Harapan

9 Maret 2022   13:52 Diperbarui: 9 Maret 2022   13:55 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: Painting Summer Wallpaper dari wallpapercave

Angin yang bertiup ke arahmu dari segala penjuru tidakkah membuatmu terlena? 

Malahan kepada sebuah batu tak bernilai sepertiku dirimu selalu bertanya bahkan berkeluh kesah?

***

"Bang... Kamu tidak menonton ?" demikian notifikasi pesan yang tertulis di layar malam ini.

"Tidak... Eh Belum... masih ada beberapa pekerjaan." Singkat jawabku

"Kemarin malam?"

"Ada... Kutonton." Jawabku lagi

"Bagaimana? Tertarik?"

"Bagus..." Jawabku

"Terangsang???"

"Nanti agak malam ya aku chat." menghentikan sementara.


*** 

Kesedihan yang sudah terlalu lama...

Demikian yang kusimpulkan malam ini setelah membaca semua status berbaginya yang akhirnya bermuara dan diartikan sebagai "jual diri" oleh banyak pengikutnya.

Bagaimana Hatinya Sendiri Sebenarnya itu yang mungkin akan kucoba gali lebih banyak malam ini.

***

"Malam... Mbak Wati.." Mulai kucoba menyapa via pesan pribadi.

...

"Ya. Malam Bang. Video Call ya Bang?!"

"Ok" Jawabku.

...

"Ya Wati... Jelas Gambarnya?"

"Ya Bang? Kelihatan Tidak?"

"Ya.. Jelas" kataku

"Gimana Bang?"

"Ya... Apanya?"

"Cantik atau Seksi Tidak?"

"Hhhmmm mungkin akan lebih cantik jika tertutup yang rapi."

"Argghh Ok Bang hehe"

....

Banyak hal malam itu... saling bertanya mengapa? bagaimana? dan lainnya. Menangis, tersenyum dan juga canda tawa. Ku pikir semuanya manusiawi. Ia merasakan sebuah kehilangan yang mendalam. Harus berjuang tanpa pengetahuan dan juga beban seorangputeri. Dan kuminta satu hal untuk betemu di luar dan tuk sarankan sesuatu yang bisa ia jalankan dan jadikan pegangan hidup. Ia mengangguk tanda setuju. Dan baiklah, kami sepakat bertemu secara nyata di luar.

***

Hampir satu tahun sejak pertemuan itu tiada lagi saling berkirim pesan. Hingga semalam.

"Salam Bang..." Sebuah Notifikasi.

"Ingat Aku? Wati. Datang Kerumahku ya. Alamatnya aku kirim esok hari!"

Tak kujawab. Namun aku akan coba tuk mendatangi alamatnya.

***

Kudatangi dan bunyikan bel pintu.

Sesosok wanita yang cantik luar biasa keluar menyambut dengan senyuman yang luar biasa.

"Masuk Bang!" Ia meminta.

"Ya Wati."

"Bang... bagaimana?"

"Ya Apanya?" kubertanya.

"Cantik tidak?"

Kuanggukan kepala.

"Tertarik? Jika Dengan Gaun seperti ini?"

Ya... Jawabku.

"Terangsang Tidak Bang hehehe?"

AMAT SANGAT jawabku.

***

Kesuksesan dan kemandirian yang mapan telah menghampirinya. Sungguh Luar Biasa Semangat, Ketekunan dan Perjuangannya.

"Bang... Terima Kasih atas apa yang telah abang sarankan dan aku jalankan."

-End-

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun