Tempat ini tempat hina. Tempat keluar-masuknya para pendosa. Yang hitam dan yang putih pun tampak jelas manakala si pesakitan berdiri bersamaan dengan para penjaga. Apalagi jika duduk dengan para pendatang yang membawa beragam kepuasan. Kepuasan perut yang sudah lama terisi hanya oleh beras bercampur kutu dan batu, yang selalu digelar di atas lantai berwarna abu-abu dan sudah sangat bau. Dinding-dinding kotor ratusan tahun tempat mencurahkan rasa malu yang terlanjur berlaku. Namun tak semuanya seperti itu, bagian depan tempat ini adalah tempatnya para penghuni dan penjaga memainkan sandiwara. Hanya suara-suara yang tersiksa yang akan terbawa keluar namun terkubur oleh rasa lupa. Rasa lupa bahwa mereka pun sebenarnya manusia walaupun begitu berdosa.
Musoli namanya. Pencuri kambing yang tiada berdaya karena keadaan memaksa. Demi keluarga dosa pun tercipta.
"Jaga toilet ini sampai kamu mewariskannya kepada yang lain sesuai penilaian kamu! Penjara pulau akan menjadi taruhannya jika kamu gagal mengawasi toilet ini!"
Sebuah harapan didapatnya karena tanpa kata ia selalu berusaha bekerja membantu siapa saja. Termasuk membantu Pak Saad yang sudah renta dan sebentar lagi bebas melangkah kembali ke pangkuan keluarga.
Setelah empat bulan lamanya ia berjaga. Seorang wanita berkerudung merah muda terduduk sambil menatap bunga-bunga kecil beraneka warna. Yang setelah disapa dan menengokkan muka ternyata sudah berusia empat puluh dua. Berharap yang datang Dewi Cinta malahan wanita lumayan berusia. Tak mengapa daripada tak ada yang bisa diajak untuk bicara.
"Mengunjungi siapa?"
"Entahlah orangnya kini di mana!"
"Boleh tahu siapa nama orang itu?"
Bibir tertutup dan lidah yang kelu hanya mampu memberikan sebuah petunjuk tulisan saja. Yakin bahwa jawabannya pasti akan sama saja. Hancur luluh perasaan pun tiada yang tahu. Untuk apalagi orang ini bertanya. Bukan pengulangan ketiga kali yang rasa sakitnya pasti sama bahkan mungkin lebih dalam lagi.
"Sebentar aku tanyakan!"
Beberapa langkah menuju sebuah jawaban. Berharap yang dimaksud masih ada.
"Hhmm orangnya sudah bebas satu bulan yang lalu!"
"Bajingan!"
Musoli ternganga manakala tersebutkan sudah habis satu rumah tergadai karena kata manis beraroma cinta senantiasa membuai jiwanya yang begitu haus akan kasih sayang. Namun ternyata semua laki-laki sama saja. Tuhan, berikanlah kekuatan dan apakah ada petunjuk tentang harus bagaimana?
"Pulanglah dulu, ini alamat orang itu!"
"Aku harus bagaimana?"
"Pulang, habiskan dulu kesedihanmu dan setelah itu cari dan bunuh saja orang itu, jika perlu!"
"Aku Hamil!"
"Orang sebelum kamu yang dulu kami suap agar bisa memakai toilet ini!"
Setan jahanam keluar dari mulut Musoli! Semoga tak berlaku bagi dirinya. Musoli pun terdiam membiarkan wanita di hadapannya kembali menatap bunga-bunga di tempat itu.
"Pulanglah dulu, jika butuh teman bicara, kamu bisa datang ke tempat ini lagi!"
Kata harap terucap dan setiap hari dan jam yang sama berbagi cerita dan suka duka. Dahulu, ia wanita ternoda karena janji manis belaka. Mengikat sumpah malahan jadi lebih celaka. Tiada hari tanpa siksa dan samsara. Hanya demi nafsu yang tiada terkira.
Sakit... sakit... dan sakit ditambah lagi, hanya dijadikan pemuas nafsu dan pemasok harta. Beruntung bisa terlepas dan masih memiliki peninggalan orang tua yang lumayan berlimpah.
Sekian tahun tiada sanggup membuka rasa. Hingga tersentuh kata-kata yang ternyata pun sama. Pembual belaka dan pemburu harta. Masalah besar kini tercipta, Bagaimana kehidupan anak dalam kandungan ini nantinya?
Musoli mengeluarkan sesuatu dari dalam kantung celananya setelah empat bulan lamanya mendengarkan cerita.Â
"Simpanlah belati kecil ini untukmu!"
"Untuk apa?"
"Biarkan aku menjadi ayah untuk anak itu, dan jika dusta hadir dari diriku, habisilah aku dengan belati itu!"
Harapan atau hanya sebuah pertaruhan celaka? Haruskah dicoba?
Tuhan tunjukkanlah jalan-Mu!"
Â
***
Â
Â
*Tsundere (bhs: Jepang) adalah karakter animasi yang menggambarkan seorang wanita yang memiliki kegarangan terhadap orang lain apalagi terhadap lelaki yang sudah dibenci, namun sesungguhnya memiliki rasa yang lembut dan baik hati jika sudah dekat dengannya apalagi jika mendapatkan kelembutan dan perlakuan yang baik.
Ilustrasi "The Sinful Woman in Tears" dari lizcurtishiggs.com
Â
~Belajar merangkai kata dari kisah nyata~
~Sebuah Cerita, Hsu.~
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H