Esok malamnya, Tilana mengikuti saran Aki Dayat. Menaiki pohonnya dan mencari dahan yang terikat rambut dengan bantuan lampu minyak. Ditancapkannya paku yang diberikan Aki Dayat pada dahan dimaksud. Getaran dan hembusan angin kencang yang datang tiba-tiba membuat tubuh Tilana tersungkur ke rerumputan di bawah pohon. Beruntung dahan yang ia naiki tak terlalu tinggi.
Begitu ia membuka mata dan bangkit sambil menahan sedikit rasa sakit, sungguh tak pernah ia bayangkan, sosok yang beberapa kali hadir dalam mimpinya kini ada dihadapannya. Menatapnya dengan penuh harapan akan dahaga kasih sayang.
Untaian kata demi untaian kata terngkai menjadi berbagai cerita, senda gurau, canda tawa, membuai keduanya dalam sebuah rasa.
***
Satu putaran purnama...
"Minumlah dulu, kalian pasti lelah!"
Aki dayat menatap keduanya, Tilana dan Kunti.
"Kami sudah kokoh Ki!"
Aki dayat menganggukkan kepalanya.Â
"Kembalilah dulu, esok akan Aki persiapkan segalanya!"
"Tunggu sebentar Tilana, kemarilah!"