Ia terdiam dan kemudian menyerahkan butiran-butiran pelor plastik yang masih menebarkan aroma kotoran yang begitu menyengat sambil berkata.
"Hebat kamu bisa berposisi seperti sekarang di dalam sini! Tolong bawakan aku 2 lembar kertas dan penanya! Hidupku pasti akan habis di tempat ini karena sejarah hidupku. Kamu pasti mengerti akan hal itu!"
Tatapan memohonnya membuatku mengangguk dan serta merta ikut meredam hawa emosiku yang tadi sempat meledak terpanasi hawa dendam.
Segera kulangkahkan kaki untuk keluar dari menara dan menuju salasatu kamar mandi untuk mencuci pelor-pelor plastik dan menukarkan salasatu lembarannya dengan beberapa bungkus rokok ke warung malam di salasatu sudut lorong.
***
Esoknya kubawakan permintaan orang itu. Dan beberapa hari kemudian kuambil kembali dalam bentuk 2 lipatan surat. 1 surat ditujukan padaku dan 1 surat lagi untuk seseorang di luar sana.
Surat untukku ternyata berisi pengakuan dirinya adalah seorang pemakai dan juga kurir narkoba yang kemudian dimanfaatkan oleh penegak hukum untuk dijadikan 'cepu' atau mata-mata. Ia bertutur dalam surat itu pula bahwa dirinya sudah habis dan tak pernah bisa pulang karena posisinya bisa membahayakan keselamatan keluarga beserta isteri dan anaknya. Serta permintaan maaf secara pribadi kepadaku untuk alasan yang tak bisa disebutkan.
Paragraf terakhir suratnya untukku berbunyi seperti ini...
"Kehidupan ini memiliki 2 lingkaran, satu berwarna putih dan satu berwarna hitam. Siapapun bisa masuk ke salahsatunya. Dirimu dan diriku telah masuk ke dalam lingkarang hitam, hanya bedanya dirimu masih bisa keluar dan melompat sementara diriku (dirinya) sudah masuk ke inti pusaran lingkaran hitam dan tiada lagi kesempatan untuk melompat keluar."
Kalimat yang seringkali membuatku merenung... "setiap insan pada dasarnya memiliki hati nurani yang murni. Hanya saja harum wangi kefanaan kehidupan duniwai ini seringkali melenakan setiap insan."
Meskipun ia seorang Cepu, aku kini menghargainya. Ia masih memiliki rasa cinta kepada orang disekelilingnya terutama keluarganya meskipun ia pun menyadari bahwa hidupnya sepi tanpa kawan dan bisa dikatakan sudah habis.