Menapaki makam-makam canda tawa dan kegembiraan yang membuatku perlahan namun pasti menaiki undakan anak tangga yang berkilauan dan menuju ke panggung yang penuh dengan ornamen materi.
Yah... masuk usia dewasa dengan segala kemapanan... pendidikan, pengetahuan, pekerjaan. Telah kumiliki apa yang menjadi impian setiap pemuda dan mungkin impian setiap orang. Rumah lengkap dengan isinya serta kendaraan.
***
Musim semi tak menjadikanku bersemi... sebagai seorang yang berprofesi di bidang keuangan, telah menjadi rutinitas yang jika dipikirkan sebenarnya sangat menyebalkan... berpacu dengan waktu yang semakin dekat untuk melaporkan perhitungan pajak tahunan. Pulang dari kantor melebihi batas jam kerja telah menjadi rutinitas yang mau tak mau harus aku lakoni.
Malam tujuh hari menjelang hari pelaporan... tak seperti biasanya rasanya aku ingin cepat sampai di rumah dan memanjakan tubuhku dalam balutan selimut tebal dan hembusan penyejuk udara. Sambil berteriak kecil... kutinggalkan tumpukan kertas simulasi perhitungan yang masih selisih dan hampir membuat kepalaku pecah. Ku raih kunci mobil dari dalam laci meja dan sengaja kutinggalkan tas kerjaku karena tak mau ribet bolak balik membawa tas besar berisi dokumen-dokumen yang penuh dengan deretan angka-angka yang kenyataannya tak pernah kupegang atau kurasakan uangnya. Cukup aman dengan mengunci ruang kerja saja dan meninggalkan dokumen di dalam ruangan.
***
Deru mesin yang nyaris tanpa suara menjadikan alunan musik dalam mobil menjadi bening... lumayan mengendorkan pikiran dan menjadikan sedikit larut dalam hayalan... hayalan akan bidadari bersuara merdu bergaun ungu yang kerap hadir bak cerita berseri dalam tidurku.
Hanya tinggal melewati satu lampu merah lagi... mobil kulajukan semakin perlahan menjelang lampu merah...
"Tok tok tok" suara ketukan pada jendela kaca.
Tanpa curiga kubuka jendela karena kusaksikan dari gerak bibirnya adalah ucapan minta tolong.
Oppss sebuah belati di arahkan ke leherku...