Mohon tunggu...
Hsu
Hsu Mohon Tunggu... Administrasi - Seorang manusia biasa

Somewhere Only We Know

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

49 Days for May

24 Oktober 2014   14:22 Diperbarui: 17 Juni 2015   19:54 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14140900261964863167

"May ini benar-benar tak mau mendengar apa kata Ibunya rupanya. Anak ini harus dihukum agar tak lagi mengulangi apa yang sudah dilakukannya ini!"

Selesai berkata seperti itu, Ibu May segera menutup pintu rumah dan menguncinya dari dalam sejak siang itu.

Beberapa jam kemudian, terdengar suara May mengetuk pintu dan memanggil-manggil Ibunya. Namun Ibunya yang kesal tak menghiraukannya. Ibunya diam dengan maksud agar May tak lagi bandel dan tak mengulangi lagi. Bahkan hingga malam hari dan turun hujan pun, Ibu May tetap mengunci pintu, dan dirinya lupa untuk mengakhiri hukuman untuk May. Hingga pagi harinya ia terbangun dan ingat. Seketika, Ibu May pun berlari menuju pintu rumah dan membukanya.

May terbaring di lantai di depan pintu dalam keadaan tubuh basah kuyup. Ibunya berusaha membangunkan May karena mengira May tertidur. Beberapa kali ia berusaha membangunkan. May tetap diam. Digoyang-goyangkannya pun May tetap diam. Seketika itu juga tangisnya pun pecah, ia terduduk lemas manakala menyadari bahwa tubuh May sudah begitu dingin dan kaku, tiada lagi ada deru nafas dari lubang hidung May. May tergolek dingin telungkup dengan jari-jari lengan kanan memegang sesuatu. Di tengah tangisannya, Ibu May berusaha membuka genggaman jari tangan kanan May. Dan ketika jari-jari yang mengepal itu terbuka, tampak sebuah bungkusan kertas kecil. Ia membukanya... membuka lipatan kertas yang ternyata berisi sebuah Kembang Gula kecil berbentuk hati dan sebaris kata-kata bertuliskan...

"Selamat Ulang Tahun Ibu... Maafkan May... May hanya punya uang untuk membeli Kembang Gula kecil ini sebagai hadiah untuk ulang tahun Ibu!"

Semakin pecahlah tangisan sang Ibu ketika membaca tulisan itu!

***

May seketika menoleh ke Ayahnya yang tiba-tiba bangkit dan melangkah keluar rumah. May mengikuti perlahan, tak berani terlalu dekat. Ayahnya bersimpuh dan menangis. May menghampiri dan kemudian bersimpuh jua di hadapan Ayahnya.

"Ayah menangis? Ayah punya air mata? Bukankah jika sudah meninggal seperti kita ini tak bisa lagi mengeluarkan air mata Yah?"

"Entahlah May... Hanya Tuhan yang tahu!"

"Ayo kita pergi, sebentar lagi Fajar. Oh iya tenanglah, Ibumu tak akan marah lagi padamu May! Dan janganlah Kau marah padanya jua."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun