Kedua, asumsi yang salah bahwa vox populi harus berarti 99 %.
Kembali ke komentarku dalam paragraf sebelumnya. Penulis menciptakan kriteria yang entah dari mana ia dapatkan. Berdasarkan kriteria "asing" itu ia merumuskan argumen. Dan argumennya berhasil berdasarkan kriteria asing. Maka, penulis memenangkan sebuah perdebatan asing, tetapi bukan perdebatan yang sesungguhnya mengenai makna vox populi vox dei dalam konteks Pilpres 2014.
Kadang-kadang orang terjun ke dalam sebuah perdebatan lalu menjadi pemenang untuk perdebatan lain, bukan perdebatan yang ke dalamnya ia sedang menceburkan diri.
[caption id="attachment_333673" align="aligncenter" width="420" caption="http://i1.ytimg.com"]
*** Makasih buat Om Dean yang mengedit, menambahkan gambar, dan memosting tulisan ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H