2. Respon Masyarakat terhadap Dakwah
Respon masyarakat terhadap dakwah bisa bervariasi berdasarkan sejumlah faktor, termasuk konteks budaya, latar belakang agama, pengalaman pribadi, dan cara dakwah dilakukan. Dakwah, sebagai penyebaran ajaran agama, dapat menimbulkan berbagai jenis respon yang mencerminkan dinamika sosial dan kultural di dalam masyarakat.
Aspek yang mempengaruhi respon masyarakat terhadap dakwah, antara lain adalah penerimaan positif; peningkatan komitmen keagamaan; respon skeptis atau netral; penolakan dan resistensi; ketegangan sosial dan konflik; serta transformasi sosial dan aksi kolektif.
Penerimaan positif maksudnya adalah banyak orang merespons dakwah dengan penerimaan positif, terutama jika dakwah tersebut relevan dengan nilai-nilai pribadi atau kebutuhan spiritual mereka. Dalam kasus ini, dakwah bisa menjadi sumber inspirasi dan bimbingan, membantu orang mengatasi masalah hidup atau mencari makna yang lebih dalam. Respon positif juga sering terjadi ketika dakwah dilakukan dengan pendekatan yang penuh kasih, inklusif, dan menghargai perbedaan.
Peningkatan komitmen keagamaan maksudnya adalah dalam beberapa kasus, dakwah dapat mendorong peningkatan komitmen keagamaan. Orang yang merespons dakwah dengan cara ini lebih terlibat dalam kegiatan keagamaan, seperti menghadiri tempat ibadah, mengikuti majelis taklim, atau berpartisipasi dalam kegiatan amal. Ini sering terjadi ketika dakwah memberikan panduan praktis dan relevan yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Respon skeptis atau netral maksudnya adalah sebagian masyarakat merespons dakwah dengan skeptisisme atau netralitas. Respon ini bisa disebabkan oleh berbagai alasan, seperti kurangnya pemahaman, pengalaman negatif dengan agama, atau pandangan yang berbeda tentang nilai-nilai yang diusung oleh dakwah. Dalam beberapa kasus, orang-orang yang skeptis dapat didekati dengan cara yang lebih inklusif dan dialogis untuk mengurangi ketidakpercayaan.
Penolakan dan resistensi maksudnya adalah dakwah juga bisa menghadapi penolakan atau resistensi, terutama jika dianggap terlalu agresif atau tidak menghormati keyakinan atau budaya lokal. Penolakan bisa timbul jika dakwah dianggap mengancam nilai-nilai tradisional, menciptakan konflik, atau menimbulkan tekanan sosial. Dalam situasi ini, pendakwah harus mengadaptasi pendekatan mereka untuk mengurangi ketegangan dan membangun hubungan yang lebih positif dengan masyarakat.
Ketegangan sosial dan konflik maksudnya adalah dalam beberapa konteks, dakwah dapat memicu ketegangan sosial atau konflik, terutama jika dilakukan dengan cara yang ekstremis atau eksklusif. Ketika dakwah menjadi sumber polarisasi atau memicu sentimen anti-agama, ini bisa menyebabkan perpecahan dalam masyarakat. Pendakwah perlu sangat berhati-hati untuk menghindari pendekatan yang dapat memicu konflik dan, sebaliknya, fokus pada pesan perdamaian dan toleransi.
Transformasi sosial dan aksi kolektif maksudnya adalah dakwah dapat menjadi katalis untuk transformasi sosial dan aksi kolektif. Ketika dakwah mendorong nilai-nilai keadilan sosial, solidaritas, dan amal, masyarakat dapat merespons dengan keterlibatan yang lebih besar dalam kegiatan sosial dan aksi kemanusiaan. Ini bisa menghasilkan perubahan positif dalam struktur sosial dan dinamika masyarakat.
Dengan demikian respon masyarakat terhadap dakwah adalah cerminan kompleksitas dan keragaman manusia. Pendakwah (da'i) yang efektif adalah mereka yang mampu memahami dinamika ini dan menyesuaikan pendekatan mereka untuk mencapai masyarakat (mad'u) yang beragam. Dengan cara ini, dakwah dapat memiliki dampak positif yang signifikan dalam membentuk masyarakat yang lebih baik, toleran, dan penuh kasih.
*Study Rizal Lolombulan Kontu (Dosen Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)