Chairman Huawei Eric Xu menekankan bahwa kemitraan dengan universitas Amerika Serikat memiliki fokus dalam pengembangan sains bukan produk komersial. Namun sikap Amerika Serikat terhadap Huawei merupakan bukti nyata akan ketakutan mereka terhadap perkembangan teknologi China melalui Made in China 2025 yang mengancam dominasi mereka.
Imbas Ketegangan Amerika Serikat & China
Tampaknya ketegangan antara China dan Amerika Serikat belum akan berakhir dalam waktu dekat. Kesepakatan "genjatan senjata" perang dagang selama 90 hari belum akan menemui kata sepakat. Apalagi pasca penangkapan CFO Huawei belum lama ini yang dikhawatirkan akan menambah eskalasi ketegangan antara kedua belah pihak.
Amerika Serikat yang sejak awal menuduh China melakukan pencurian teknologi seakan mendapatkan justifikasi dengan penangkapan petinggi Huawei tersebut. Sedangkan China berada dalam posisi tawar yang lemah dengan penangkapan tersebut.
Kondisi ini tentunya semakin tidak menguntungkan bagi negara-negara mitra dagang China termasuk Indonesia. Ketidakpastian terhadap berlangsungnya perang dagang menyebabkan kekhawatiran para investor dan pelaku usaha.
Jika perang dagang akan tetap berlangsung, ekonomi China akan melambat dan tentunya akan berimbas pada ekspor Indonesia ke China yang mengalami penurunan seiring melemahnya ekonomi China. Dan penurunan ekspor tersebut akan berdampak pada neraca perdagangan internasional Indonesia yang tidak sehat.
Penulis
Hilyatu Millati Rusdiyah
*Mahasiswi Doktoral jurusan Business Administration di School of Economic and Business Administration Chongqing University & Kepala Pusat Kajian Strategis Belt and Road Initiative PPI Tiongkok.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H