Menurut sebagian ahli sejarah, kalimat Jawa kuna itu menerangkan angka tahun 1401 Saka, atau 1479 M. Gambar bulus terdiri dari kepala yang berarti angka 1 (satu), kaki 4 berarti angka 4 (empat), badan bulus berarti angka 0 (nol), ekor bulus berarti angka 1 (satu). Berdasarkan candra sengkala memet ini bisa diambil kesimpulan, Masjid Agung Demak berdiri pada tahun 1401 Saka.
Terlepas dari beragam analisis para pakar mengenai makna ilustrasi bledek dan bulus di dinding Masjid Agung Demak, penulis ingin menegaskan bahwa dua ilustrasi bledek dan bulus yang terdapat di salah satu sudut dinding Masjid Agung Demak mengindikasikan bila bangunan masjid yang dibuat para wali penyebar Islam di tanah Jawa itu dipengaruhi oleh sentuhan arsitek gaya China.
Sampai di sini, penulis kemudian ingat dengan gambar atau simbol yang sangat populer di tengah masyarakat China, yaitu gambar ular naga. Hingga saat ini kita bisa dengan mudah menemukan ukiran kayu atau batu berbentuk kepala naga, atau naga lengkap dari kepala hingga ekor.Â
Saya pernah tertegun, karena simbol naga juga bisa ditemukan di area masjid-masjid tua di China. Bukankah ini mengingatkan gambar naga di pintu Masjid Agung Demak?
Dalam temuan penulis, di sana juga terdapat dua benda yang familiar bagi masyarakat Jawa, yaitu Lingga dan Yoni. Uniknya, dua benda ini juga muncul di area masjid di China. Pemandangan yang sama juga penulis alami ketika berziarah ke salah satu makam keramat di Tuban, Jawa Timur.
Setelah melewati tembok pagar sebelum masuk di area inti makam, penulis menjumpai dua lingga di sisi kana dan kiri. Ada satu lagi, di area makam keramat Sunan Prawoto di Prawoto, Pati, Jawa Tengah, penulis juga menjumpai Linga dan Yoni. Bukan sekali lagi terdapat kemiripan karakter jejak keislaman di Nusantara dan China?
Pemaparan dalam paragraf-paragraf di atas semakin memperkuat dugaan yang menyatakan bahwa Islam yang sampai ke Nusantara dibawa oleh komunitas muslim (da'i profesional, pedagang, masyarakat muslim biasa, penguasa dan lain sebagainya) yang berasal dari China.Â
Simbol-simbol keislaman baik yang ada di Nusantara mupun di China, dan juga karakter para pemeluknya memiliki kemiripan karakter. Misalnya, baik Islam di Nusantara maupun di China akrap dengan kebudayaan setempat.
Iya, antara Islam di Indonesia dan di China memiliki relasi dan saling mempengaruhi.