Mohon tunggu...
PPI TIONGKOK
PPI TIONGKOK Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Membaca "Jejak" Pertemuan Kebudayaan Nusantara dan China

23 Oktober 2018   20:29 Diperbarui: 23 Oktober 2018   20:52 996
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menurut sebagian ahli sejarah Islam dan Jawa, komunitas China-Muslim telah memberikan kontribusi yang cukup besar atas berkembangnya Islam di Nusantara, khususnya Jawa. Eksistensi China -muslim pada awal perkembangan Islam di Jawa tidak hanya ditunjukkan oleh kesaksian para pelancong asing, sumber-sumber China, teks lokal Jawa maupun tradisi lisan saja, tetapi juga didukung peninggalan-peninggalan purbakala Islam di Pulau Jawa.

Peninggalan lama berupa ukiran padas di masjid kuno Mantingan (Jepara, Jawa Tengah) menara masjid pecinan di Banten, konstruksi pintu makam Sunan Giri di Gresik (Jawa Timur), arsitektur keraton Cirebon (Jawa Barat) beserta taman Sunyaragi, konstruksi Masjid Agung Demak (Jawa Tengah) terutama soko tatal penyangga masjid beserta lambang kura-kura (juga disebut bulus), konstruksi masjid Sekayu di Semarang (Jawa Tengah) dan peninggalan lain, semuanya menunjukkan adanya pengaruh budaya China yang kuat.

Bukti lain adanya hubungan Islam di Nusantara dan China adalah dua bangunan masjid yang berdiri megah di Jakarta, yakni masjid Kali Angke yang dihubungkan dengan Gouw Tjay dan Masjid Kebun Jeruk, yang didirikan oleh Tamien Dosol Seeng dan Nyonya Cai (Al Qurtuby, 2003).

Dalam konteks ini, ilustrasi bledek di pintu utama Masjid Agung Demak serta gambar bulus di mihrab (tempat pengimaman) Masjid Agung Demak menarik untuk dicermati. Makhluk yang bernama bledek digambarkan berbentuk makhluk raksasa dengan mata melotot lebar, bertaring, lidah menjulur, tubuhnya panjang bersisik, di bagian ekor seperti terdapat api yang menyala-nyala.

Foto Penulis
Foto Penulis
screen-shot-2018-10-23-at-21-38-03-5bcf25bd43322f3c8c323463.png
screen-shot-2018-10-23-at-21-38-03-5bcf25bd43322f3c8c323463.png

Dalam cerita tutur yang mashur di kalangan masyarakat Jawa, bledek tidak lain adalah petir yang berwujud naga raksasa yang berhasil ditangkap Ki Ageng Selo.

Sementara itu, hewan bernama bulus (kura-kura) saat ini sudah menjadi binatang setengah-langka. Binatang ini sulit ditemukan, kecuali di tempat-tempat tertentu. Tetapi yang menarik, dua makhluk ini (gambar bledek dan bulus) diabadikan di dalam Masjid Agung Demak yang diyakini sebagian besar masyarakat Nusantara dibuat oleh para wali sembilan yang keramat itu. 

Tidak tanggung-tanggung, dua makhluk ini diletakkan di tempat yang cukup istimewa, yaitu di dalam ruangan masjid. Ilustrasi bulus terdapat di pengimaman, sedangkan gambar bledek terdapat di pintu utama masjid. Menarik, bukan?

Menurut Solichin Salam, makhluk bledek yang terukir di pintu utama Masjid Agung Demak bernama naga salira wani, yaitu candrasengkala yang menyimbolkan tahun Saka 1388 (bertepatan dengan 1466 M, atau 887 H). 

Angka ini diduga sebagai tahun berdirinya Masjid Agung Demak. Ada riwayat yang mengatakan bahwa Pintu Bledeg yang dibuat oleh Ki Ageng Sela pada zaman wali ini bisa menangkal petir.

Sebagaimana dengan penafsiran atas Pintu Bledeg, gambar bulus juga diduga sebagai simbol yang menerangkan angka tahun (Salam, 1960). Gambar mirip bulus di dalam mihrab adalah prasasti  atau candra sengkala memet, yang memiliki arti "Sarira Sunyi Kiblating Gusti". 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun