Mohon tunggu...
PPI TIONGKOK
PPI TIONGKOK Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Dilema Kebijakan Populasi China

24 September 2018   22:12 Diperbarui: 26 September 2018   00:53 3840
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Keempat, semakin menurunnya jumlah wanita dalam usia subur dan keinginan untuk memiliki keturunan. Faktor ini erat kaitannya dengan meningkatkan penduduk lanjut usia di China dimana wanita termasuk di dalamnya. Selain itu bagi wanita pekerja di China, memiliki banyak anak hanya akan memaksa mereka untuk berhenti bekerja dan menghambat karir.

Masalah populasi di China ibarat dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan dan tidak mudah untuk dipecahkan. Jumlah populasi yang banyak tidak menjamin tersedianya angkatan kerja bila tidak diimbangi dengan tingkat kelahiran yang sepadan. 

China sebagai negara dengan populasi terbesar di dunia memiliki kepentingan untuk menjaga stabilitas laju pertumbuhan penduduknya agar semakin positif. Hal ini terjadi karena munculnya kekhawatiran akan menurunnya permintaan konsumen di pasar global akibat menurunnya penduduk China. Dimana penduduk China merupakan konsumen manufaktur terbesar di dunia.

Selain itu penerapan kebijakan  independent fertility akan menimbulkan kekhawatiran baru bila tidak disertai insentif yang menstimulus meningkatnya angkatan kerja. Faktor rendahnya gaji karyawan terampil di China dianggap menjadi alasan utama menurunnya angkatan kerja di China di tengah populasi penduduk yang padat. 

Kesiapan ekonomi merupakan pekerjaan rumah yang penting bagi pemerintah China sebelum mulai menerapkan kebijakan independent fertility. Karena penerapan kebijakan tersebut tentunya akan menambah jumlah penduduk China di masa yang akan datang. Apabila tidak diimbangi dengan kesiapan ekonomi yang matang, maka akan menimbulkan kesenjangan pendapatan dan kejahteraan. 

***

Penulis:

Hilyatu Millati Rusdiyah

*Mahasiswi Doktoral jurusan Business Administration di School of Economic and Business Administration Chongqing University China & Kepala Pusat Kajian Strategis Belt and Road Initiative PPI Tiongkok. 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun