Mohon tunggu...
Javier stuart
Javier stuart Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

Javier Stuart - Mahasiswa Prodi bioteknologi - Universitas Katolik Indonesia Atma jaya

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Convalescent Plasma, Apa Itu dan Apakah Efektif?

14 Januari 2022   13:10 Diperbarui: 14 Januari 2022   13:15 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Halo sahabat-sahabat semua, bagaimana kabarnya? Tidak terasa yang bahwa pandemi covid-19 telah memasuki tahun kedua. Banyak sekali masyarakat dunia yang terkena penyakit covid-19. 

Covid-19 ini awalnya berasal dari kota Wuhan di China. Namun hanya dalam hitungan bulan, covid-19 ini sudah dinyatakan sebagai pandemi pada Maret 2020 (Shen et al. 2020).

Beberapa upaya telah dilakukan untuk mengontrol jumlah orang yang terjangkit covid-19 dan beberapa dari upaya itu adalah menggunakan cara konvensional seperti menggunakan vaksin. Namun pada artikel ini, kita akan membahas mengenai salah satu cara yang digunakan untuk menyembuhkan covid-19 yaitu menggunakan Convalescent plasma.

Pasti kalian jadi tambah penasaran akan apa itu convalescent plasma? Sungguh sesuatu yang belum pernah terdengar di kalangan masyarakat umum. Pasti banyak orang yang mendengarkan nama tersebut bertanya-tanya, apakah ini sebuah temuan baru? 

Atau apakah ini sebuah pengembangan dari sebuah metode yang sudah pernah diciptakan? Jika kalian yang ingin tau mengenai convalescent plasma, silakan baca tulisan saya ini hingga selesai.

Ketika saya memasuki masa perkuliahan, pada saat itu pandemic covid-19 sudah melanda dunia dan saya harus berkuliah online secara utuh. 

Ketika memasuki semester 3, saya mendapatkan sebuah mata kuliah immunologi (mata kuliah tentang kesehatan) dan disinilah saya mendengar dengan kata convalescent plasma. Mendengar kata tersebut, saya semakin tertarik untuk mengetahui lebih mendalam tentang hal tersebut.

 Convalescent plasma merupakan sebuah metode yang ternyata sudah digunakan selama bertahun-tahun, jadi teknik ini memiliki asumsi kalau sistem imun bisa di-boost untuk mengendalikan penyakit sampai sistem imun badan kita bisa memproduksi sebuah respon imun yang spesifik. 

Sebelum diuji pada covid, convalescent plasma sudah terbukti efektif terhadap penyakit seperti ebola dan influenza (Simonovich et al. 2021). 

Tentu seperti penelitian-penelitian lain untuk menguji kemampuan sebuah ide, ada pula metodologi untuk menguji kemampuan convalescent plasma ini, artikel ini akan mengulas mengenai convalescent plasma dari 2 penelitian. Pasti pada penasaran kan bagaimana peneliti menelusuri kemampuan convalescent plasma secara mendalam, berikut merupakan cara-cara yang digunakan untuk menginvestigasi hal ini.

Penelitian pertama

Metode penelitian

Pada penelitian yang dilakukan oleh Simonovich et al. (2021), tahap pertama pada penelitian ini merupakan pengumpulan pasien. Pada penelitian ini pasien yang digunakan untuk investigasi melalui sebuah proses seleksi yang sangat ketat. 

Dalam penelitian ini, pasien yang dipilih harus berusia diatas 18 tahun dan wajib melakukan Reverse-Transcriptase--Polymerase-Chain-Reaction (RT-PCR) dimana hasil dari tes ini adalah positif untuk penyakit covid-19. 

Selain melakukan Tes RT-PCR, pasien juga harus melalui proses radiologi untuk memastikan bahwa mereka memiliki pneumonia. Apabila pada pasien-pasien tersebut ada yang mengandung maka pasien tersebut tidak akan diijinkan untuk mengikuti penelitian.

Setelah pasien dipilih, mereka akan dibagi menjadi 2 kelompok, penerima plasma dan kontrol (tidak menerima plasma). Plasma yang digunakan untuk penelitian ini juga memiliki beberapa ketentuan. 

Plasma yang dikategorikan sebagai layak untuk digunakan dalam penelitian ini adalah plasma yang datang dari pasien yang memiliki titer antibodi covid-19 dengan perbandingan 1:400. 

Plasma yang akan diberikan ke dalam pasien merupakan sebuah campuran dari 1 atau lebih donor, dan diukur terlebih dahulu titer antibodi covid-19 spesifik (Simonovich et al. 2021).

Tentu apabila sebuah sebuah pasien sudah diberi plasma tersebut maka langkah berikut untuk memantau pasien tersebut, pada penelitian ini pasien dipantau selama 30 hari. 

Kriteria yang digunakan untuk evaluasi pasien tersebut selama 30 hari meliputi 2 bagian yaitu primary dan secondary outcome. 

Primary outcome terdiri atas: 1 kematian, 2 bantuan pernapasan intensif, 3 dirawat di rumah sakit dengan bantuan pernapasan, 4 dirawat di rumah sakit tanpa bantuan pernapasan, 5 dipulangkan dari rumah sakit dan tidak sembuh total, and 6 dipulangkan dari rumah sakit dan sembuh total. 

Secondary outcome terdiri atas: waktu untuk sembuh total, waktu untuk dipulangkan dari rumah sakit, waktu untuk dipulangkan dari ICU, waktu menuju kematian, waktu untuk memenuhi 2 syarat di primary outcome. 

Kriteria-kriteria yang telah dijelaskan sebelumnya, pasien didalam penelitian ini hanya cukup memenuhi salah satu dari kriteria-kriteria tersebut. Setelah proses pemantauan, pasien dites antibodi covid-19 mereka pada hari ke 0, 2 dan 7. Selain itu dilakukan juga pengujian terhadap kadar ferritin dan D-dimer (Simonovich et al. 2021).

Hasil penemuan

Menghadapi pandemi dalam bentuk apapun tentu sebuah hasil yang diinginkan adalah sebuah hasil yang efektif dan bisa menyembuhkan sebuah penyakit dengan cepat. Tetapi hasil dari penelitian ini menunjukkan hasil yang bertolak belakang dengan harapan kita semua. 

Penelitian ini menunjukkan bahwa ketika pasien yang diberikan plasma menunjukkan hasil tidak jauh berbeda dari pasien yang tidak diberikan plasma alias placebo. 

Namun penelitian ini juga didukung oleh penelitian-penelitian sebelum karena penelitian sebelum juga menemukan hasil yang sama yaitu pemberian convalescent plasma menghasilkan hasil yang tidak jauh beda dari yang tidak diberi plasma (Simonovich et al. 2021).

Dengan adanya hasil yang menunjukkan bahwa tentu akan ada kekhawatiran diantara para masyarakat awam mengenai apakah convalescent plasma ini aman untuk digunakan dalam penyembuhan covid-19. 

Dari penelitian yang dilakukan penggunaan convalescent plasma telah dibuktikan bahwa penggunaan convalescent plasma bisa menurunkan intermediated immune response pada pasien yang terkena covid-19 secara berat (Simonovich et al. 2021).

Penelitian kedua

Metode penelitian

Pada sebuah penelitian lain yang dilakukan pada 5 pasien yang terkena covid-19 juga menggunakan convalescent plasma sebagai pengobatannya. 

Convalescent plasma yang diberikan merupakan pasien yang telah sembuh dari covid-19 dan tidak mengidap penyakit lainnya. Kelima pasien tersebut dipantau menggunakan komputer rumah sakit namun pada penelitian kali ini tidak terdapat placebo. Kemudian setelah dipantau, kelima pasien tersebut juga melakukan RT-PCR, elisa dan serum neutralization assay (Shen et al. 2020).

RT-PCR disini merupakan sebuah proses dimana sampel dari hidung digunakan untuk diuji pada sebuah kit khusus, dan dievaluasi berdasarkan prinsip apabila sebuah nilai Ct yang didapatkan dari PCR ini menunjukkan hasil yang tinggi maka akan membuahkan hasil yang negatif. 

ELISA dilakukan dengan menggunakan sebuah sampel yang melalui banyak proses washing dan diakhiri dengan sebuah pengukuran menggunakan absorbansi pada panjang gelombang 450 nanometer. Serum neutralization assay merupakan sebuah proses dimana pengenceran tertinggi yang memiliki daya penghambatan digunakan untuk analisis lebih lanjut (Shen et al. 2020).

Hasil penemuan

ELISA yang digunakan untuk menganalisis plasma dari para donor menunjukkan bahwa terdapat banyak IgM dan IgG, dan ketika pasien menjalankan serum neutralization assay, pasien dinyatakan bahwa gejala-gejala covid-19 sudah menurun. Namun, pada penelitian ini ditemukan hasil yang sama bahwa ketika pasien diberikan convalescent plasma tidak membuat pasien pulih total dari covid-19 meskipun hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa viral load didalam tubuh pasien berkurang setelah diberikan convalescent plasma (Shen et al. 2020).

Jadi, dari kedua penelitian tersebut, convalescent plasma ternyata belum bisa dinyatakan efektif dalam menyembuhkan covid-19 secara menyeluruh karena pada penelitian kedua ditunjukkan bahwa covid-19 masih dapat terdeteksi meskipun pasien menunjukkan kurangnya gejala. 

Pada penelitian pertama juga menunjukkan bagaimana pasien yang diberi plasma menunjukkan hasil yang sama dengan pasien yang tidak diberi plasma. Meskipun kenyataannya demikian, bukan artinya convalescent plasma dinyatakan sebagai tidak efektif secara 100%, tetapi masih dibutuhkan lagi penelitian lebih lanjut agar bisa mendapatkan potensi-potensinya secara utuh.

Daftar pustaka

Simonovich VA, Burgos Pratx LD, Scibona P, Beruto MV, Vallone MG, Vzquez C, Savoy N, Giunta DH, Prez LG, Snchez Mdel, et al. 2021. A randomized trial of convalescent plasma in COVID-19 severe pneumonia. New England Journal of Medicine 384:619--629.

Shen C, Wang Z, Zhao F, Yang Y, Li J, Yuan J, Wang F, Li D, Yang M, Xing L, et al. 2020. Treatment of 5 critically ill patients with covid-19 with convalescent plasma. JAMA 323:1582--1589.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun