Mohon tunggu...
Najiyah
Najiyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Cause Ketekunan No Keturunan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pengaruh Lingkungan Keluarga terhadap Perkembangan Moral Anak

23 November 2022   23:37 Diperbarui: 23 November 2022   23:44 945
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Anak usia dini merupakan masa dimana anak mengalami proses pertumbuhan dan juga perkembangan yang pesat karena anak pada masa ini berada pada masa emas (golden age), yaitu masa perkembangan yang berhaga dibandingkan dengan masa pada usia selanjutnya. Di era globalisasi saat ini, sangat penting untuk memperhatikan peningkatan moralitas anak usia dini, karena moralitas merupakan dasar dari sikap dan tindakan  anak.

Jika kita berbicara tentang perkembangan moral, maka tidak akan lepas dari aspek perubahan dan perkembangannya. Tentu saja ada faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan moral, seperti perubahan pada manusia umumnya. Perubahan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain faktor internal dan eksternal. Salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi perkembangan moral anak adalah lingkungan keluarga. 

Ketika tumbuh kembang anak mencapai tahapan keinginan untuk mengetahui sesuatu, maka  peran keluarga terutama orang tua adalah dalam perkembangan berpikir anak. Merangsang pemikiran anak untuk ingin mengetahui segala sesuatu yang ada disekitarnya, sekiranya memberikan kebebasan kepada anak untuk mencontoh dan mengeksplorasi pemikiran anak.

Dalam perkembangan daya pikir anak, kebanyakan anak sering bertanya samb mereka saling memukul atau  bermain. Perilaku anak seperti ini dapat membuat anak melakukan hal-hal yang tidak dapat ia kendalikan, yang seringkali membuat orang tua atau orang lain menganggap bahwa anak tersebut memiliki perilaku atau moral yang buruk (Hulukat, 2015).

# Peran Orang Tua dalam Pembentukan Perasaan Moral Anak

Perasaan moral adalah emosi yang muncul pada seorang anak setelah dia memutuskan untuk berperilaku bermoral atau tidak. Apakah anak merasakan kegembiraan dan kepuasan saat melakukan tindakan moral, dan apakah anak merasa bersalah karena melanggar moralitas. 

Islam menganjurkan orang tua untuk mendidik anaknya, baik itu pendidikan agama, pendidikan umum, tata krama, akhlak dan aturan-aturan lainnya, agar anak dapat hidup layak di masyarakat juga dengan bekal yang cukup.

Adapun peranan orang tua dalam meningkatkan perasaan moral anak yaitu:

1. Menanamkan Sikap Penuh Kasih

 Ketika orang tua membesarkan anaknya dengan cinta, toleransi dan kelembutan, anaknya cenderung memiliki sifat-sifat tersebut di atas. Saat berinteraksi dengan orang lain, karakteristik tersebut selalu mewarnai perilaku anak. Sehingga mereka dengan mudah merasakan penderitaan orang lain. Sehingga anak memiliki kecenderungan untuk bertindak menurut kata hatinya.

2. Membangkitkan perasaan bersalah

Menurut para ahli psikoanalis, rasa bersalah membuat anak merasa bertanggung jawab untuk mengendalikan dorongan hati yang buruk. Anak-anak yang cenderung bersalah  takut  melakukan pelanggaran moral, sedangkan anak-anak pdengan rasa bersalah yang rendah enggan menolak godaan.

Anak yang dapat menunda kegembiraan dan kepuasan memiliki kontrol diri perilaku yang tunggi dalam berperilaku. Untuk meningkatkan rasa bersalah dalam perilaku asusila, guru atau orang tua harus memahami teori perkembangan rasa bersalah dalam diri anak.

3. Penerapan Pola Asuh yang Disiplin.

Disiplin dapat memberikan rasa aman kepada anak dengan memberi tahu mereka apa yang boleh dan apa yang tidak, yang membantu anak terhindar dari rasa bersalah dan malu karena berperilaku buruk. 

Perasaan tertentu yang menyebabkan ketidak puasan dan ketidak sesuaian, disiplin memungkinkan anak untuk hidup sesuai dengan standar yang diterima oleh kelompok sosial dan dengan demikian memperoleh persetujuan sosial. Melalui disiplin, anak belajar berperilaku dengan cara yang mendatangkan pujian, yang ditafsirkan anak sebagai tanda kasih sayang dan penerimaan.

Disiplin yang sesuai dengan perkembangan berperan sebagai motivasi diri, mendorong anak-anak untuk hidup sesuai dengan apa yang diharapkan dari mereka, dan disiplin juga membantu anak-anak mengembangkan hati nurani (suara hati) untuk memandu keputusan mereka dan mengendalikan perilaku moral. Orang tua memiliki peran penting dalam membentuk perilaku altruistik anak, bermain peran, dan perasaan bersalah pada anak.

4. Penguatan kata hati (Hati Nurani)

Hati nurani adalah seperangkat nilai moral yang sudah dimiliki anak dan melaluinya anak memahami baik dan buruk, pantas dan tidak pantas, tetapi juga menimbulkan rasa tanggung jawab atau kewajiban untuk berperilaku.

Anak-anak dengan hati nurani yang kuat selalu dibimbing oleh moral yang tinggi, sedangkan anak-anak dengan hati nurani yang lemah sering mengalami perang dengan kata hatinya atau hati nuraninya ditundukkan oleh ego dan nafsunya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun