Dalam tafsirnya terkait QS. Al-Baqarah ayat 168, Ibnu Katsir menjelaskan bahwa makna makanan thoyyib adalah makanan yang tidak membahayakan fisik dan akal saat dikonsumsi. Dengan kata lain, makanan thoyyib adalah makanan yang sehat dan tidak mengandung zat-zat berbahaya jika dikonsumsi.Â
Jika melihat realita saat ini, kita bisa menemukan banyak sekali makanan tidak thoyyib yang beredar. Makanan itu mengandung bahan pemanis buatan, penguat rasa sintetis, dan pengawet buatan yang kesemuanya itu sangat berbahaya bagi tubuh jika dikonsunsi terlalu banyak dan sering.Â
Maka dari itu, semestinya kita harus mulai cermat memilih makanan yang memenuhi kriteria thoyyib itu. Hal ini bertujuan agar tubuh kita tetap sehat dan kuat sehingga menjadi muslim yang dicintai oleh Allah SWT[7].
4) Beralih ke Pekerjaan yang Halal
Hijrah yang selanjutnya adalah beralih ke pekerjaan yang halal. Hukum asal perbuatan seorang hamba terikat dengan hukum syara'. Maka dari itu, segala perbuatan harus disandarkan kepada syariat Islam.Â
Jika syariat melarang perbuatan tersebut, maka kita harus menjauhinya, termasuk juga dalam hal pekerjaan. Jika di dalam pekerjaan itu mengandung unsur keharaman seperti riba, misalnya, maka kita harus meninggalkannya dan beralih ke pekerjaan yang halal.
Sebelum Islam datang, masyarakat Mekkah sudah terbiasa dengan gaya berdagangnya yang suka menipu pembeli. Hal itu seperti mengurangi takaran timbangan, menyembunyikan produk yang cacat, mencampur suatu produk dengan bahan lain sehingga kandungannya tidak murni lagi, dan sebagainya. Namun, saat Islam datang, kebiasaan itu ditinggalkan dan mereka beralih ke pekerjaan yang halal.
5) Bergabung dalam Jamaah DakwahÂ
Hijrah yang paling puncak ialah bergabung ke dalam jamaah dakwah yang bertujuan untuk melanjutkan kembali kehidupan Islam. Hal ini seperti yang telah dicontohkan oleh Rasulullah dan para sahabat.Â
Beliau memulai dakwahnya dari tahap pertama yaitu tahap pembinaan dan pengkaderan (marhalah tatsqif wa ta'win). Beliau mengajak umat untuk masuk Islam dan membentuk jamaah dakwah.
Baca juga : Hijrah Menjadi Manusia yang Lebih Berkualitas
Setelah itu, beliau beralih ke tahapan dakwah yang kedua dengan melakukan dakwah secara terang-terangan di tengah-tengah umat. Saat umat siap diatur dengan aturan Islam, beliau akhirnya dibaiat dan seketika itu juga tahapan dakwah beralih ke tahap terakhir yaitu tahap penerapan hukum-hukum Islam oleh negara.