Di ranah semesta manusia merasa berkarya
Separuh merengkuh separuhnya mengeluh
Mencari keutamaan yang dianggap sempurna
Di tengah keleluasaan yang dipaksakan
Di tengah jangkau waktu yang kita sebut keseharian
Kita bergelut sengit dengan semesta
Melupakan hijau daun atau rangkai embun di pelepah pisang,
Melupakan biru laut atau hembusan semilir di bawah telinga…
Di sela-sela mimpi kita
Semesta meretas harapan dengan angan
Menjulurkan tangan sambil mengingatkan
Dan merengkuh memeluk walau kian diabaikan
Begitu dermawan…
Hanya kita manusia,
Seutas jiwa yang selalu merasa kekurangan
Hanya kita manusia,
Kian lupa bersalaman walau mengaku makhluk Tuhan
Kita makhluk yang buta oleh kata-kata indah, mimpi yang sempurna,
Dan keindahan kenyamanan yang disebut rutinitas…
Jiwa-jiwa rapuh di raga yang mortal
Hancur oleh cacing dan luluh jadi debu.
Kita adalah keasingan di semesta yang runut oleh aroma,
Mesra ditandangi hewan melata,
Dan tegar dibentengi fenomena
Kita makhluk jelata yang mimpi jadi pandita,
Merangsek maju di tengah keluhuran yang mengadidaya
….
bandung, 2007
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H