Mohon tunggu...
Stress Management Indonesia
Stress Management Indonesia Mohon Tunggu... Wiraswasta - Mental Health Company

Neuroscience, Holistic, and Humanistic solution centre with the healthy start from home based programme. HappySelf by Stress Management Indonesia: https://www.kompasiana.com/happyself

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Kenapa Gen Z Sering Overthinking? Ini Cara Mengatasinya!

17 Desember 2024   10:05 Diperbarui: 17 Desember 2024   10:05 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto : Situs Freepik

Generasi Z, sering kali disebut sebagai "digital natives" ternyata menghadapi tekanan yang tak kalah besar dibandingkan generasi sebelumnya. Di balik unggahan Instagram yang estetik dan video TikTok yang viral, ada realitas kecemasan yang merayap. Pertanyaannya, bagaimana generasi ini menghadapi krisis global yang terus menghantui?

Generasi Paling Stres: Data yang Tak Bisa Diabaikan
Sebuah studi oleh American Psychological Association (APA) pada tahun 2019 mengungkap fakta mengejutkan: 91% Gen Z mengalami gejala stres fisik atau emosional, seperti merasa depresi, kehilangan motivasi, atau kelelahan emosional. National Social Anxiety Center bahkan menjuluki mereka sebagai "generasi yang cemas" dan "generasi paling kesepian" dengan lebih dari 60% melaporkan mengalami stres signifikan, termasuk kecemasan sosial.

Lalu, apa yang sebenarnya memicu fenomena ini?

  1. Ketidakstabilan Ekonomi: Krisis Finansial yang Menghantui

Hampir separuh Gen Z menyebut bahwa kekhawatiran tentang keuangan jangka panjang menjadi sumber utama kecemasan mereka. Studi Deloitte Global 2024 mencatat lebih dari 50% Gen Z cemas tentang masa depan finansial, sementara 45% lainnya mencemaskan kebutuhan sehari-hari.

Menghadapi inflasi yang tinggi, ketidakpastian ekonomi global, dan dampak pandemi, mereka merasa sulit untuk mencapai stabilitas finansial. Tak heran, generasi ini sering memikirkan, "Bagaimana masa depanku nanti?"

  1. Perubahan Iklim: Krisis yang Tak Terhindarkan

Bukan sekadar isu politik, perubahan iklim bagi Gen Z adalah ancaman eksistensial. Penelitian dari Curtin University menyebut 80% anak muda merasa khawatir tentang dampak perubahan iklim, mulai dari bencana alam hingga kerusakan lingkungan.

Kekhawatiran ini tidak hanya merusak rasa aman, tetapi juga mempengaruhi pilihan hidup mereka. Misalnya, beberapa Gen Z merasa ragu untuk memiliki anak karena tidak ingin membawa mereka ke dunia yang tidak pasti.

  1. Media Sosial: Pedang Bermata Dua

Media sosial seharusnya menjadi sarana koneksi, tetapi sering kali berubah menjadi sumber stres. Eksposur tanpa henti pada standar hidup "sempurna" membuat Gen Z merasa tertinggal dan tidak cukup baik.

Sebuah survei menunjukkan bahwa penggunaan media sosial yang berlebihan dapat meningkatkan rasa isolasi dan depresi. Alih-alih merasa terhubung, mereka justru merasa lebih kesepian. "Scrolling" tanpa akhir seringkali memicu doom scrolling---kebiasaan terus-menerus membaca berita buruk---yang memperburuk kecemasan mereka.

  1. Ketidakstabilan Pekerjaan: Tantangan Revolusi Digital

Revolusi digital dan otomatisasi telah mengubah pasar kerja secara drastis. Banyak pekerjaan tradisional yang hilang, sementara pekerjaan baru membutuhkan keterampilan yang terus berkembang. Gen Z menghadapi tekanan besar untuk tetap relevan dalam dunia kerja yang cepat berubah. Tingkat pengangguran yang tinggi pasca-pandemi hanya menambah beban mental mereka.

  1. Kesejahteraan Keluarga: Kecemasan yang Dekat di Hati

Sebanyak 46% Gen Z merasa cemas tentang kesejahteraan keluarga mereka. Isu kesehatan, stabilitas emosional, dan keamanan menjadi perhatian utama. Dalam banyak kasus, mereka sering mengambil peran sebagai pengasuh atau penanggung jawab emosional, yang menambah tekanan hidup.

Bagaimana Gen Z Menghadapinya?
Meskipun tantangan yang dihadapi terasa berat, banyak Gen Z yang menunjukkan daya tahan dan kreativitas luar biasa. Berikut beberapa cara mereka mencoba bertahan:

  • Meningkatkan Literasi Keuangan
    Gen Z semakin sadar pentingnya belajar mengelola keuangan. Platform digital seperti aplikasi pengelolaan uang menjadi solusi praktis.

  • Gerakan Sosial untuk Lingkungan
    Banyak dari mereka yang bergabung dengan gerakan lingkungan, seperti kampanye pengurangan sampah plastik atau advokasi energi terbarukan.

  • Terapi dan Kesadaran Kesehatan Mental
    Kesadaran akan pentingnya kesehatan mental terus meningkat. Akses ke terapi online dan grup dukungan menjadi pilihan populer.

  • Detoks Media Sosial
    Beberapa Gen Z memilih untuk membatasi waktu di media sosial, menyadari dampaknya terhadap kesehatan mental mereka.

Sebuah Generasi yang Sedang Berjuang
Gen Z adalah generasi yang tumbuh di tengah badai krisis global, dari perubahan iklim hingga ketidakstabilan ekonomi. Meskipun begitu, mereka tidak hanya berdiam diri. Dengan kreativitas, keberanian, dan solidaritas, mereka mencoba melawan kecemasan dan membangun masa depan yang lebih baik.


Apakah kamu seorang Gen Z yang merasa cemas menghadapi masa depan? Bagikan cerita kamu di kolom komentar atau hubungi layanan konseling untuk dukungan lebih lanjut. Jangan biarkan kecemasan menghalangi impian kamu, ya!

Penulis Artikel : Lili

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun