Stigmatisasi:Â Korban kekerasan berbasis gender atau diskriminasi sering kali menghadapi stigma ganda yang memperparah beban psikologis.
3. Dampak pada Hubungan Sosial dan Komunitas
Polarisasi Sosial: Konflik berkepanjangan tidak hanya melukai individu, tetapi juga memecah belah masyarakat. Ketegangan antar kelompok dapat bertahan selama generasi.
Propaganda dan Distorsi Fakta:Â Korban sering dipaksa menghadapi narasi yang menyangkal atau mengaburkan kebenaran, menciptakan tekanan psikologis untuk menekan pengalaman traumatis mereka.
Mengatasi Luka, Membangun Harmoni
Merayakan Hari HAM Internasional 2024 bukan hanya soal mengenang perjalanan panjang perjuangan HAM, tetapi juga mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk bersama-sama menyembuhkan luka akibat pelanggaran HAM. Langkah-langkah berikut dapat menjadi jalan menuju harmoni dalam keberagaman:
Pemulihan Trauma melalui Dukungan Psikologis: Pusat rehabilitasi untuk korban kekerasan atau konflik harus diperkuat, dengan menyediakan layanan kesehatan mental berbasis komunitas.
Edukasi HAM untuk Generasi Muda:Â Penanaman nilai keberagaman dan toleransi di sekolah-sekolah dapat mencegah pelanggaran HAM di masa depan.
Keadilan Restoratif: Memastikan korban mendapatkan pengakuan dan pemulihan, bukan hanya melalui hukum, tetapi juga rekonsiliasi sosial.
Dengan memprioritaskan harmoni dalam keberagaman, Indonesia dapat menjadi negara yang benar-benar merangkul seluruh rakyatnya. Momen Hari HAM Internasional ini menjadi pengingat bahwa perjalanan menuju Indonesia Emas 2045 harus dimulai dengan menghormati hak asasi setiap individu, tanpa kecuali.
Mari kita jadikan Hari HAM Internasional 2024 sebagai langkah nyata untuk membangun masa depan yang lebih manusiawi, adil, dan penuh kasih. Apa langkah kecil yang bisa kita lakukan hari ini untuk merawat keberagaman?