HIV/AIDS bukan hanya tentang virus, tapi juga tentang kemanusiaan, stigma, dan akses untuk informasi yang lebih terpercaya. Sebuah penelitian menunjukan 39,9 juta orang hidup dengan HIV pada tahun 2023, Hari AIDS Sedunia 2024 menjadi momen penting bagi generasi muda untuk terlibat aktif melawan HIV/AIDS. Berikut fakta dan langkah konkret yang bisa kamu ambil untuk membawa perubahan nyata.
1. HIV Tidak Semudah Itu Menular: Edukasi untuk Menghapus Stigma
Masih banyak yang percaya bahwa HIV menular lewat pelukan, sentuhan, atau berbagi alat makan. Faktanya, penularan HIV hanya terjadi melalui:
-
Kontak dengan darah yang terinfeksi.
Hubungan seksual tanpa kondom dengan orang yang terinfeksi.
Penggunaan jarum suntik bersama.
Ibu ke bayi selama kehamilan, persalinan, atau menyusui (tanpa pengobatan).
Namun, stigma tetap menjadi penghalang utama. Di Indonesia, 94,7% masyarakat memiliki sikap menstigmatisasi ODHA (Orang dengan HIV/AIDS), termasuk menghindari kontak sosial atau menolak mereka dalam peran sosial. Sikap ini menciptakan isolasi mendalam yang memperburuk kesehatan mental ODHA, seperti depresi dan kecemasan.
2. HIV dan Kesehatan Mental: Tantangan yang Harus Kita Hadapi Bersama
Lebih dari 50% penderita HIV di seluruh dunia menghadapi masalah kesehatan mental seperti depresi, kecemasan, atau PTSD. Di Indonesia, stigma sosial memperburuk risiko ini. Trauma emosional, rasa takut, dan diskriminasi membuat ODHA enggan mencari dukungan, sehingga kesejahteraan mental mereka semakin terpuruk.
3. Generasi Muda Berisiko: Saatnya Pendidikan Seks Komprehensif
Laporan Kementerian Kesehatan RI 2023 mengungkapkan lebih dari 50% kasus baru HIV di Indonesia terjadi pada usia 20–29 tahun. Minimnya edukasi tentang kesehatan reproduksi, pencegahan HIV, dan penggunaan kondom menjadi salah satu penyebab utama. Dorong pentingnya pendidikan seks komprehensif di sekolah dan komunitas. Gunakan platform digital untuk mengedukasi tentang langkah-langkah pencegahan seperti penggunaan kondom, tes HIV rutin, dan layanan PrEP (Pre-Exposure Prophylaxis) yang sudah tersedia di Indonesia.
4. Dengan ARV, Hidup Normal Itu Mungkin
ARV (Antiretroviral) adalah game-changer bagi ODHA. Dengan pengobatan ini, jumlah virus dalam tubuh bisa ditekan hingga tidak terdeteksi, yang berarti tidak dapat menularkan HIV melalui hubungan seksual (Undetectable = Untransmittable).
Namun, di balik itu ada tantangan mental. Burnout akibat pengobatan jangka panjang sering dialami ODHA, terutama ketika dukungan sosial minim.
5. Stigma Lebih Mematikan dari Virus Itu Sendiri
Stigma adalah salah satu penyebab utama depresi dan isolasi sosial pada ODHA. Hal ini bahkan bisa memengaruhi keberanian mereka untuk mencari pengobatan atau dukungan psikososial.
Ayo Jadi Bagian dari Perubahan!
Sebagai generasi muda, kamu punya akses ke teknologi dan informasi yang bisa dimanfaatkan untuk:
Menyebarkan Fakta Akurat: Gunakan media sosial untuk membuat infografik atau video edukasi tentang HIV/AIDS.
Mengajak Tes HIV: Ajak teman-temanmu melakukan tes HIV sebagai bentuk cinta diri.
Menghapus Stigma: Jadilah agen perubahan yang menciptakan empati di masyarakat.
HIV/AIDS bukan hanya soal virus, tapi juga tentang mengedepankan rasa kemanusiaan. Saatnya kita bergerak bersama untuk memberikan harapan dan menciptakan dunia yang lebih inklusif dan penuh kasih. Mari ubah stigma menjadi dukungan. Ikuti, bagikan, dan suarakan fakta-fakta ini di Hari AIDS Sedunia 2024. Jadilah generasi muda yang berani melangkah untuk perubahan!Â
Penulis : Lili
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H