Sisi positifnya kami berangkat jam segitu adalah kami tidak melewati gerombolan sapi yang tengah digembalakan. Sapi-sapi itu sudah mangkal dengan nyaman di pinggir jalan. Di perjalanan sebelumnya ketika kami berangkat lebih pagi, sapai-sapi itu masih antri di jalanan.
Sayang tidak ada gambar yang saya ambil ketika itu. Maklum, jadi joki motor, jadi tak ada kesempatan untuk mengambil gambar. Malah untung saya tidak mengambil gambar. Jika saya ambil gambar, maka akan nampak "sampah-sampah organik" peninggalan antrian sapi tersebut. Tentunya saya tidak mau merusak selera makan sahabat.
Perjalanan dari kota kami tempuh dengan menaiki sepeda motor. Di perjalanan sebelumnya, kami naik sepeda gunung. Tapi kali ini kami ingin sejenak bersantai dari kegiatan yang menguras tenaga tersebut. setelah itu kami menaiki bukit menuju pantai tersembunyi tersebut.
Di balik bukit itulah Si Cantik berada. Kami taruh sepeda motor kami di sebuah peternakan ayam. Lumayan bau juga dengan aroma sampah organik. Tapi pemandangan dan petualangan yang ada mengabaikan ketidaknyamanan itu.
Kok saya jadi inget lagunya Ninja Hattori yah???
"Mendaki gunung, lewati lembah"
"Sungai mengalir indah ke samudera"
Lumayan lama perjalanannya, tapi tidak dalam hitungan jam kok. hanya sekitar 30-45 menit lah kira-kira. Tidak capek banget deh.
Daaaan, akhirnya terpuaskan dengan berbagai pemandangan yang lebih baik dipandang daripada saya ceritakan deh.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H