Mohon tunggu...
Hanung Teguh
Hanung Teguh Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Hanya pegawe di kantor pajak nun jauh di Banda Aceh sana...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Nasionalisme Abal-abal?

23 Februari 2011   18:26 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:20 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Blackberry.. Layanan ini sangat rawan menurut saya jika negara tidak memiliki kontrol. Well, saya bukan penganut paham diktatorisme seperti yang nampak di beberapa belahan negara yang lainnya. Yang menutup akses beberapa hal mengenai akses data. Namun saya berpikir tentang data-data rahasia yang tersimpan di dalam media penyimpanan pihak lain.

Tentu saya tidak cukup bodoh bukan? Bandingkan saja ketika anda memasukkan beberapa kata di dalam Google. Langsung keluar dengan hasil yang mendekati maksud anda bukan? Say menganalogikan layanan Blackberry dengan layanan Google. Data sekilas yang pernah saya baca, Indonesia termasuk kelas wahid dalam mengakses situs porno. Data ini didapatkan dari Google.

Bayangkan! google yang bersifat terbuka saja mampu menunjukkan sisi yang lain bangsa Indonesia, apalagi yang bersifat tertutup?

Sedangkan yang kedua adalah masalah film asing wa bil khusus film Hollywood. Isu yang sangat aktual. Hangat sekaligus panas!

Apa pasal? Hujatan banyak ditujukan ke pemerintah!

Masa' sih sampai segitunya mengenai film-film Hollywood ini? Seolah-olah tanpa film Hollywood, ada bagian besar rutinitas yang hilang. Ada hiburan yang menghilang tepatnya.

Memang, sialnya film-film lokal banyak yang murahan. Dari cerita yang murahan, aktor yang murahan sampai-sampai iklannya-pun murahan. Meski tidak semua. Ada beberapa sutradara top dan idealis dalam membuat film-film bermutu.

Tapi lagi-lagi emosi yang dikedepankan. Ramai-ramai menghujat pemerintah. Telunjuk dengan pasti terarah. Padahal, berita itu hanyalah isu saja. Belum terklarifikasi. Hanya sebatas sudut pandang salah satu pihak saja.

Sebagaimana dengan berita di sini dan di sini. Akhirnya ada kejelasan bahwa isu tersebut dihembuskan oleh juru bicara pihak penyelenggara bioskop serta kejelasan tentang ketidakberesan impor film.

Ketika ini saya merasa bahwa ternyata dengan majunya teknologi yang ada melalui internet dan media massa yang lainnya, diikuti dengan kritisnya masyarakat. Ramai-ramai menghujat serta menyalahkan.

Apakah sebelum menyalahkan sudah ada data yang benar?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun