Pertanggung-jawaban dana, pertanggung-jawaban program kerja, pertanggung-jawaban kinerja, daaan berbagai macam pertanggung jawaban yang lainnya.
Kalau di dunia mah kecil, bisa kerja sama dengan panitia pertanggung-jawaban. Tinggal “cincai-cincai” dikit bisa kok dimanipulasi.
Tapi, yang paling berat adalah pertanggung-jawaban di akherat. Nggak bisa lagi “cincai-cincai”. Dirinya sendiri harus mempertanggung-jawabkan segala hal yang telah ia lakukan di dunia. Tanggung jawab sebagai pribadi sekaligus tanggung jawab sebagai pemimpin kepada bawahannya. Paket kombo.
Yang paling diuntungkan adalah bawahan ketika masa pertanggung-jawaban ini. Jika bawahan bersalah, ia bisa mengatakan: “Itu akibat ulah pemimpin saya lho, si anu itu”. Jika memang terbukti, dosanya ditanggung berdua. Sebagai bawahan enak, dia cuma dapat dosanya pribadi, lha pemimpin bisa dapat dosa kombo, dosa diri pribadi dan dosa bawahan akibat ketidak becusannya dalam memimpin.
Saya jadi ingat perkataan Umar bin Khaththab yang menyejarah: “Jika ada keledai yang tergelincir di Syams akibat jalan yang rusak, maka Umar akan diminta pertanggung jawabannya!”. Umar berada di Madinah, sedangkan Syams berada ratusan kilometer jauhnya dari kota Madinah. Syams menjadi tanggung jawab Umar karena ia adalah wilayah kekuasaan Umar.
Jika anda menjadi pemimpin di lingkup pribadi, anda hanya akan dimintai pertanggung jawaban secara pribadi. Tapi jika anda memimpin wilayah, selain tanggung jawab pribadi, setiap jengkal wilayah tersebut akan meminta pertanggung-jawaban anda.
So, masih mau jadi pemimpin?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H