Mohon tunggu...
Hanung Teguh
Hanung Teguh Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Hanya pegawe di kantor pajak nun jauh di Banda Aceh sana...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

"Enaknya" Menjadi Pemimpin

24 April 2010   23:41 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:36 287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siap-siap deh mengorbankan beberapa kesenangan yang sering anda lakukan dan sering anda kerjakan. Yang sering nulis di Kompasiana, silakan menikmati hari-hari yang padat sekaligus sibuk yang menyibukkan anda dan akhirnya anda jadi jarang menulis lagi di Kompasiana.

Anda sebagai pemimpin, sudah menjadi “barang” milik umat. Yang bisa dipindah tangankan dan dimainkan sesuai dengan permainannya. Waktu pribadi anda masih ada, tapi dalam porsi yang jauh lebih sedikit dan jauh lebih jarang.

Tak jarang, anda sebagai pemimpin harus bisa bertahan “dilempar” kesana-kemari karena arus politik yang ada. Daya tahan adalah sebuah hal yang mutlak bagi pemimpin. Daya untuk menyerap berbagai macam tekanan tanpa anda sendiri harus pecah oleh tekanan tersebut.

Masih mau jadi pemimpin?

Salah satu hal berat lagi adalah tentang keberadaan penjilat. Menjadi pemimpin itu berat, namun terkadang ada orang-orang tertentu yang ingin menikmati memimpin gerombolan massa tanpa mau menikmati resikonya sebagai pemimpin. Mereka ini dikenal sebagai “penjilat”.

Mereka ini adalah seseorang atau sebuah gerombolan yang licik yang selalu mengekor dengan keberadaan pemimpin. Dimana sang pemimpin ada, maka sang penjilat juga ada. Sang penjilat ini juga bisa disebut sebagai “sang pembisik. Inilah yang berbahaya dari sang penjilat ini.

Dia menjilat dengan penuh tipu daya, memoles setiap kata dan laporannya dan menyajikannya dengan sedemikian rupa sehingga sang pemimpin terlena. Lidahnya panjang dan elastis. Raut mukanya enak dan sedap dipandang ketika berbicara di depannya. Dan segala puji-pujian sering keluar dari mulutnya.

Dipuji itu enak. Bikin hati terbang melayang ke langit ke-7. Inilah sensasi enaknya menjadi pemimpin, enak ketika mendapat pujian.

Yang nggak enaknya adalah, ketika keputusan diambil berdasarkan bisikan sang pembisik, yang ternyata keputusan tersebut nggak populer dan merugikan bawahan. Sang pemimpin adalah satu-satunya pihak yang dapat disalahkan dan dikambing hitamkan. Sedangkan sang penjilat? Ia hanya mampu menyembunyikan ekornya di kedua kakinya. Ia nggak bakan ditanyakan oleh para bawahan tentang perannya. Bawahan hanya tahu bahwa keputusan yang salah ini adalah keputusan sang pemimpin. Titik.

Masih ingin jadi pemimpin?

Hal yang lebih berat lagi adalah masa pertanggung-jawaban masa kepemimpinannya. Inilah hal yang paling berat dan yang paling menjengkelkan, tapi nggak bisa dihindari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun