Mohon tunggu...
StratX KG Media
StratX KG Media Mohon Tunggu... Konsultan - stratx.id

Perusahaan riset dan konsultansi marketing. Berbagi konten mengenai data, temuan, dan riset untuk kembangkan brand dari perspektif manusia dan kultur Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

CFW: Refleksi Kegalauan Anak Muda Indonesia

4 Agustus 2022   08:27 Diperbarui: 4 Agustus 2022   08:35 515
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masih dengan tulisan Ranny -- ia juga menceritakan bahwa Stasiun Harajuku di Jepang menjadi pusat gaya nyentrik, dari punk sampai Lolita yang dipopulerkan oleh anak muda Jepang pada tahun 1964, yang sekarang menjadi cikal bakal salah satu subkultur besar di dunia, yaitu cosplay.

Terlepas dari apa saja yang ada di dalam CFW yang sudah disebutkan sebelumnya, hal menarik yang perlu dipertebal adalah keresahan dibalik fenomena ini. Kebutuhan ruang publik yang bisa dinikmati oleh semua kalangan adalah keresahan pertama yang bisa diketahui. 

Keresahan selanjutnya berkaitan dengan hasil riset KG Media tentang anak muda Indonesia. Perlu diketahui jumlah anak muda di Indonesia, seperti milenial dan gen z, mulai mendominasi. 

Dari data Sensus Penduduk 2020 Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukan dari 270 juta jiwa di Indonesia, milenial 25,87%, gen z 21,88% dan post gen z 10,88%. Dengan jumlah ini, beberapa tahun ke depan, suara anak muda bisa menentukan nasib bangsa.

Survei yang KG Media lakukan di tahun 2022 ini mendapatkan 3.224 responden berusia 17 tahun ke atas dari Sabang sampai Merauke. Sebanyak 49% responden berasal dari Pulau Jawa, 21% dari Pulau Sumatera, 11% dari Pulau Sulawesi, 8% dari Pulau Kalimantan, 6% dari Pulau Bali dan Nusa Tenggara, serta 5% dari Maluku dan Papua.

Survei ini menangkap berbagai keresahan anak muda Indonesia, apa yang membuat mereka kebingungan dan apa yang membuat mereka galau. Secara garis besar, masalah anak muda Indonesia berdasarkan survei ini dibagi menjadi dua: masalah ekonomi dan non-ekonomi.

Dari masalah ekonomi, semua daerah serentak menyatakan bahwa finansial dan sulit mendapat pekerjaan adalah masalah besar mereka. Lalu, dari masalah non-ekonomi, semua daerah juga serentak menyatakan bahwa karir-pekerjaan dan quarter life crisis (jati diri atau self-development) adalah kesulitan yang juga mereka hadapi secara bersamaan. 

Melihat kenyataan ini, maka tidak heran jika mereka (yang ada di Pulau Jawa, tepatnya di kota-kota pinggir Jakarta) yang mempunyai kegalauan seperti itu berekspresi, bergerak, dan secara tidak sengaja, menciptakan CFW.

Tentang terjadinya CFW, dari riset mengenai aspirasi anak muda Indonesia di tahun 2022 ini, ada beberapa temuan yang menarik yang berkaitan dengan fenomena CFW. CFW sepertinya terjadi karena anak muda di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa, memang suka nongkrong atau bersosialisasi. Pernyataan tersebut bisa dilihat dari data di bawah ini.

Alih-alih suka berkumpul di suatu tempat, salah satu temuan menarik kami lainnya adalah CFW juga terjadi karena keresahan anak muda.

Data  menunjukan bahwa keresahan anak muda seperti ketakutan mereka akan kemapanan/kesuksesan, karir dan pekerjaan, serta cita-cita yang tidak tercapai menjadi mesin dengan tenaga yang besar untuk terselenggaranya CFW. Dari data ini dan kaitannya dengan CFW, mereka mensimulasi citra sukses yang mereka tahu, fashion. Gaya berbusana seperti orang-orang yang lalu-lalang di SCBD adalah indikator sukses menurut mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun