"Cukup lama. Tapi jangan khawatir, aku akan kembali," jawabnya, masih dengan senyuman misterius itu.
Dan benar saja, beberapa hari kemudian, Arya pergi. Namun, rasa gelisahku tidak hilang. Malam-malam di rumah terasa lebih tenang tanpa kehadirannya, tapi ada sesuatu yang tetap membuatku tidak tenang.
Pada suatu malam yang dingin, sebuah panggilan telepon membangunkan kami. Suara di ujung sana memberitahu sesuatu yang mengejutkan: Arya telah tertangkap polisi di Jakarta karena keterlibatannya dalam sindikat kejahatan yang telah lama dicari. Aku terdiam, tidak percaya dengan apa yang kudengar.
Ibu terduduk lemas, menangis terisak. "Aku tidak menyangka... tidak pernah menyangka..."
Seketika, semua kepingan teka-teki itu mulai terhubung di pikiranku. Tatapan tajam Arya, malam-malam penuh kecemasan, dan percakapannya di gudang. Aku merasa marah sekaligus lega karena intuisi yang selama ini kurasakan ternyata benar.
Namun, di balik semua itu, ada satu pertanyaan yang tidak bisa kuhilangkan dari pikiranku: Apakah semua ini akan berakhir di sini, atau Arya akan kembali, seperti janji yang pernah dia ucapkan dengan senyum dinginnya?
Tamat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H