Saya sering iseng bertanya kepada anak-anak SMK dan mahasiswa yang sedang magang di kantor kami,Â
"Apakah kalian tahu tentang Indonesia Emas 2045?" Jawaban mereka mengejutkan: mereka tidak tahu.
Mungkin hasil ini tidak bisa dianggap mewakili keseluruhan populasi. Jumlah responden terbatas, dan sampel tidak acak.Â
Namun, hal ini tetap mengecewakan. Bagaimana bisa generasi yang akan memegang peran penting di masa depan tidak tahu tentang visi besar negara mereka?Â
Beberapa dari mereka mungkin berpikir, "Masih lama kok, kenapa harus dipikirkan sekarang?"
Benar, Indonesia Emas 2045 memang masih 21 tahun lagi.Â
Namun, mereka adalah generasi muda yang akan menjadi tulang punggung atau pilar utama untuk mewujudkan Indonesia Emas.
Di tangan mereka, Indonesia akan bersinar atau tenggelam. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mulai membekali generasi muda dengan pemahaman yang mendalam tentang visi ini.
Indonesia Emas 2045: Apa yang Diharapkan?
Tahun 2045 nanti, Indonesia akan merayakan 100 tahun kemerdekaan. Namun, ini bukan sekadar momen nostalgia sejarah. Pada periode 2020-2045, Indonesia juga akan menikmati bonus demografi, sebuah fase di mana 70% dari populasi akan berada dalam usia produktif (15-64 tahun). Hanya 30% dari penduduk yang akan masuk kategori tidak produktif (usia di bawah 14 tahun dan di atas 65 tahun).
Ini adalah peluang emas yang bisa menjadi landasan bagi lompatan besar ekonomi dan sosial.Â
Jika bonus demografi ini tidak dimanfaatkan dengan baik, kita akan menghadapi masalah serius: meningkatnya kemiskinan, pengangguran, kesehatan yang buruk, dan tingginya kriminalitas.Â
Sebaliknya, jika dikelola dengan baik, bonus demografi bisa membawa Indonesia menuju kemajuan dan kesejahteraan yang tak terbayangkan.
Belajar dari Negara-Negara Sukses: Thailand, Singapura, dan Korea Selatan
Kita tidak perlu berandai-andai untuk melihat dampak dari pengelolaan bonus demografi yang baik. Thailand, Singapura, dan Korea Selatan adalah contoh negara yang berhasil memanfaatkan peluang ini dan mengubah nasib bangsa mereka.
Thailand: Pendidikan dan Kesehatan sebagai Kunci
Pada 1990-an, Thailand menghadapi bonus demografi. Apa yang mereka lakukan? Pemerintah fokus pada dua aspek utama: pendidikan dan kesehatan. Mereka memperluas akses ke pendidikan dasar dan menengah serta meningkatkan kualitas layanan kesehatan untuk semua lapisan masyarakat.Â
Hasilnya? Pada awal 2000-an, ekonomi Thailand tumbuh pesat, dari 6,6% menjadi 15,5%. Tenaga kerja mereka yang lebih terdidik dan sehat menjadi motor penggerak ekonomi nasional.
Singapura: Fokus pada Keterampilan dan Teknologi
Singapura menghadapi bonus demografi pada 1960-an dan 1970-an. Mereka memanfaatkan periode ini dengan menciptakan tenaga kerja terampil dan berpendidikan tinggi. Pemerintah Singapura mengarahkan kebijakan ekonomi untuk menarik investasi asing, terutama di sektor teknologi, keuangan, dan infrastruktur.Â
Hasilnya? Dalam waktu yang relatif singkat, Singapura bertransformasi dari negara berkembang menjadi pusat keuangan dan teknologi terkemuka di dunia.
Korea Selatan: Revolusi Teknologi dan Industri
Korea Selatan menghadapi bonus demografi pada pertengahan abad ke-20. Seperti Thailand dan Singapura, mereka menyadari bahwa kunci keberhasilan terletak pada pendidikan dan inovasi teknologi. Reformasi pendidikan mereka berhasil mempersiapkan generasi muda untuk terjun ke dunia teknologi dan industri.Â
Pada 1980-an, Korea Selatan mengalami revolusi industri besar-besaran dan berubah dari negara agraris menjadi kekuatan ekonomi berbasis teknologi global. Nama besar seperti Samsung dan Hyundai lahir dari fase ini, dan pertumbuhan ekonomi Korea Selatan melonjak drastis.
Pelajaran untuk Indonesia: Waktunya Menyongsong Masa Depan
Dari kisah sukses Thailand, Singapura, dan Korea Selatan, kita bisa menarik pelajaran yang jelas: pendidikan berkualitas, kesehatan, infrastruktur, dan teknologi adalah pilar utama untuk memanfaatkan bonus demografi secara efektif.
Generasi muda Indonesia perlu memahami bahwa masa depan negara ini ada di tangan mereka. Masa depan Indonesia sangat bergantung pada generasi muda saat ini.
Mereka yang saat ini sedang belajar di sekolah-sekolah dan universitas akan menjadi pemimpin, inovator, dan penggerak perubahan. Tapi, apakah mereka siap?
Inilah saatnya kita benar-benar berbenah. Lembaga pendidikan, baik di sekolah maupun perguruan tinggi, perlu mempersiapkan generasi muda dengan cara yang lebih visioner dan holistik.
Mereka tidak hanya perlu cerdas secara akademik, tetapi juga memiliki kecakapan hidup yang komprehensif agar siap bersaing di dunia yang semakin kompleks dan dinamis.
Untuk mencapainya, menurut ku pendidikan harus mulai membentuk generasi muda Indonesia dengan empat pilar penting:
1. Cerdas dan Inovatif
Di dunia yang semakin digital dan penuh perubahan, kreativitas dan inovasi adalah kunci untuk bertahan dan unggul.Â
Generasi muda Indonesia harus dilatih untuk tidak hanya menguasai ilmu pengetahuan, tetapi juga mampu berpikir di luar kotak, menciptakan solusi baru, dan berani mengambil risiko. Mereka harus menjadi generasi yang produktif, tidak hanya bekerja mengikuti tren, tetapi juga menciptakan tren baru yang membawa Indonesia ke level berikutnya.
2. Damai dan Berkarakter Kuat
Kecerdasan saja tidak cukup. Di era yang penuh tantangan sosial dan keberagaman, karakter yang kuat dan damai sangat dibutuhkan. Generasi muda harus mampu menjaga harmoni dalam interaksi sosial mereka, baik di lingkungan sekolah, masyarakat, maupun dunia kerja.Â
Pendidikan harus membekali mereka dengan nilai-nilai luhur, seperti toleransi, empati, dan integritas. Dengan karakter yang tangguh, mereka akan mampu menghadapi setiap tantangan dengan kepala tegak dan hati yang lapang.
3. Sehat dan Berwawasan Lingkungan
Tidak ada masa depan yang cerah tanpa kesehatan yang baik. Generasi Indonesia Emas harus sehat secara fisik dan mental, serta memiliki pemahaman mendalam tentang pentingnya keseimbangan dengan alam. Mereka harus diajarkan untuk hidup sehat, menjaga kebersihan, dan memahami bahwa kelestarian lingkungan adalah warisan paling berharga yang bisa mereka berikan kepada generasi berikutnya.Â
Pendidikan yang berfokus pada kesehatan dan lingkungan akan menciptakan generasi yang tidak hanya peduli pada diri sendiri, tetapi juga pada planet ini.
4. Berperadaban Unggul
Generasi muda Indonesia harus dibentuk untuk mengangkat peradaban bangsa. Ini bukan hanya tentang teknologi atau ekonomi, tetapi juga tentang nilai-nilai budaya dan etika.Â
Mereka harus mampu menjaga dan mengembangkan warisan budaya Indonesia, menjadikannya kekuatan yang mampu bersaing di panggung dunia. Etika dalam kehidupan sehari-hari, kesopanan, dan menghargai perbedaan harus menjadi bagian dari karakter generasi ini.
Membangun Kesadaran Sejak Dini
Generasi muda kita harus mulai dibekali dengan pengetahuan tentang visi Indonesia Emas 2045. Pendidikan karakter, keterampilan, dan pemahaman tentang masa depan harus ditanamkan sejak dini. Jika kita bisa memanfaatkan bonus demografi ini dengan baik, Indonesia bukan hanya akan berdiri sebagai negara yang kuat, tetapi juga sebagai bangsa yang berdaya saing global, adil, makmur, dan berperadaban unggul pada tahun 2045.
Jadi, mengapa harus menunggu? Mari bersama-sama mulai membangun kesadaran tentang Indonesia Emas 2045, sekarang juga.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI