Mohon tunggu...
Bento
Bento Mohon Tunggu... Administrasi - cara cepat untuk bisa menulis ya menulis

penikmat bacaan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menyongsong Indonesia Emas 2045, Mengapa Generasi Muda Harus Tahu?

7 Oktober 2024   22:52 Diperbarui: 8 Oktober 2024   04:36 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Saya sering iseng bertanya kepada anak-anak SMK dan mahasiswa yang sedang magang di kantor kami, 

"Apakah kalian tahu tentang Indonesia Emas 2045?" Jawaban mereka mengejutkan: mereka tidak tahu.

Mungkin hasil ini tidak bisa dianggap mewakili keseluruhan populasi. Jumlah responden terbatas, dan sampel tidak acak. 

Namun, hal ini tetap mengecewakan. Bagaimana bisa generasi yang akan memegang peran penting di masa depan tidak tahu tentang visi besar negara mereka? 

Beberapa dari mereka mungkin berpikir, "Masih lama kok, kenapa harus dipikirkan sekarang?"

Benar, Indonesia Emas 2045 memang masih 21 tahun lagi. 

Namun, mereka adalah generasi muda yang akan menjadi tulang punggung atau pilar utama untuk mewujudkan Indonesia Emas.

Di tangan mereka, Indonesia akan bersinar atau tenggelam. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mulai membekali generasi muda dengan pemahaman yang mendalam tentang visi ini.

Indonesia Emas 2045: Apa yang Diharapkan?

Tahun 2045 nanti, Indonesia akan merayakan 100 tahun kemerdekaan. Namun, ini bukan sekadar momen nostalgia sejarah. Pada periode 2020-2045, Indonesia juga akan menikmati bonus demografi, sebuah fase di mana 70% dari populasi akan berada dalam usia produktif (15-64 tahun). Hanya 30% dari penduduk yang akan masuk kategori tidak produktif (usia di bawah 14 tahun dan di atas 65 tahun).

Ini adalah peluang emas yang bisa menjadi landasan bagi lompatan besar ekonomi dan sosial. 

Jika bonus demografi ini tidak dimanfaatkan dengan baik, kita akan menghadapi masalah serius: meningkatnya kemiskinan, pengangguran, kesehatan yang buruk, dan tingginya kriminalitas. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun